Jumat 02 Dec 2022 12:48 WIB

Menlu Rusia: Barat Ambil Bagian dalam Perang Ukraina

Barat memasok senjata dan melatih tentaranya ke Ukraina.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menuduh Barat terlibat langsung dalam konflik di Ukraina.
Foto: EPA-EFE/RUSSIAN DEFENCE MINISTRY PRESS SERVIC
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menuduh Barat terlibat langsung dalam konflik di Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menuduh Barat terlibat langsung dalam konflik di Ukraina. Barat memasok senjata dan melatih tentaranya ke negara itu.

Lavrov mengatakan, serangan rudal Rusia pada fasilitas energi Ukraina dan infrastruktur utama lainnya dimaksudkan untuk melemahkan potensi militer Ukraina dan menggagalkan pengiriman senjata Barat. “Anda tidak boleh mengatakan bahwa AS dan NATO tidak ambil bagian dalam perang ini. Anda berpartisipasi langsung di dalamnya,” kata Lavrov dalam panggilan video dengan wartawan.

Baca Juga

"Dan tidak hanya dengan menyediakan senjata tetapi juga dengan melatih personel. Anda melatih militer mereka di wilayah Anda, di wilayah Inggris, Jerman, Italia, dan negara lain," ujarnya.

Menurut Lavrov, rentetan rudal, drone, dan tembakan artileri yang menyasar infrastruktur digunakan untuk memastikan potensi tempur angkatan bersenjata Ukraina dan batalyon nasionalis. Sedangkan Ukraina dan Barat menuduh Rusia menargetkan infrastruktur sipil utama untuk mengurangi moral, menyebabkan rakyat Ukraina menderita selama musim dingin.

Ditanya nasib serangan terhadap infrastruktur di Kherson dan daerah lain sesuai dengan tujuan yang dinyatakan Rusia untuk melindungi penduduk Ukraina yang berbahasa Rusia, Lavrov menjawab dengan menggambar kesejajaran dengan Pertempuran Stalingrad selama Perang Dunia II. “Kota Stalingrad juga merupakan bagian dari wilayah kami, dan kami mengalahkan Jerman untuk membuat mereka melarikan diri,” katanya.

Lavrov bersikeras bahwa Moskow tetap terbuka untuk pembicaraan untuk mengakhiri konflik. "Kami tidak pernah meminta pembicaraan tetapi selalu mengatakan bahwa kami siap mendengarkan mereka yang tertarik dengan penyelesaian yang dinegosiasikan,” katanya.

Istana Kremlin telah mendesak Ukraina untuk mengakui Krimea yang dianeksasi pada 2014 sebagai bagian dari Rusia dan wilayah mengirim pasukannya ke Ukraina pada 24 Februari. Lavrov juga telah mendorong jaminan bahwa Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO bersama dengan tujuan "demilitarisasi" dan "denazifikasi" yang dirumuskan secara samar. 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement