Jumat 02 Dec 2022 14:25 WIB

Pelacuran Merajalela di Batavia, Jakarta Surga Bagi Para Pemburu Syahwat

Jakarta pernah punya kompleks pelacuran terbesar Kramat Tunggak dan striptease disajikan di beberapa klub malam.

Rep: Kurusetra/ Red: Partner
.
Foto: network /Kurusetra
.

Pelacuran merajalela di Batavia. Bisnis<a href= pelacuran di Jakarta sudah ada sejak era Batavia. Foto: IST" />
Pelacuran merajalela di Batavia. Bisnis pelacuran di Jakarta sudah ada sejak era Batavia. Foto: IST

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.

Pelacuran sudah merajelela sejak awal berdirinya kota Batavia. Akibat kurangnya jumlah wanita saat itu, bisnis pelacuran pun menggeliat. Seperti pada 13 Agustus 1625, hanya enam tahun setelah JP Coen mendirikan Batavia, seorang perempuan pribumi, Maria, mengadukan suaminya, Manuel, pada polisi.

Manuel memaksa dirinya dan budak perempuannya untuk mencari nafkah haram dengan menerima uang lendir setiap hari. Pada Agustus 1631 diketahui beberapa perempuan telah melakukan zina dengan orang-orang Cina dan Banda. Sementara sejumlah orang yang memelihara budak-budak perempuan memerintah mereka untuk melacur setiap harinya. Sementara si pemilik budak tinggal memetik penghasilan besar.

BACA JUGA: Sejak Era Hindia Belanda Orang China Sudah Getol Main Judi

Pelacuran di Jakarta sudah dikenal sejak awal munculnya VOC. Dalam sejarah Betawi tidak dikenal pekerjaaan serupa baik pada masa pra Islam maupun di masa Islam. Orang Betawi sendiri pada awalnya tidak mengenal istilah pelacur yang kemudian dilunakkan sebutannya jadi WTS (Wanita Tuna Susila) dan kini lebih diperlunak lagi jadi PSK (Pekerja Seks Komersial). Orang Betawi menyebutnya dengan cabo yang merupakan adaptasi dari bahasa Cina caibo dan moler berasal dari bahasa Portugis. Sebutan lainnya adalah kupu-kupu malam.

Seperti Mangga Besar yang berdekatan Glodok sekarang, sejak dulu tempat operasi WTS selalu dekat dengan kawasan niaga dan perhotelan. Tempat konsentrasi pelacur pertama di Batavia adalah Macao Po yang kala itu berdekatan dengan hotel-hotel di depan Stasion Beos (Jakarta kota).

BACA JUGA: Sekarang Wayang Haram, Dulu Judi dan Prostitusi Dilegalkan

Lokalisasi pelacuran ini memang untuk kalangan atas alias mereka yang berkantong tebal. Karena para pelacurnya didatangkan dari Macao oleh jaringan germo Portugis dan Cina.

Seperti juga sekarang ini, banyak klub malam yang menghadirkan penghibur dan pelacur dari Hongkong, Taiwan, Pilipina, dan berbagai negara lain. Di Macao Po para pejajannya adalah para petinggi VOC yang dikenal korup dan taipan atau orang berduit keturunan Cina.

BACA JUGA: Penjajahan Jepang di Indonesia, Wanita Belanda Jadi Budak Seks, Warga Jerman Aman tak Jadi Tahanan


 Pelacuran merajalela di Batavia. Bisnis pelacuran di Jakarta sudah ada sejak era Batavia. Foto: IST
Pelacuran merajalela di Batavia. Bisnis pelacuran di Jakarta sudah ada sejak era Batavia. Foto: IST

SIPILIS GARA-GARA 'PETIK MANGGA'

Di dekat Macao Po, masih di kawasan Glodok terdapat pelacuran kelas rendah Gang Mangga. Tidak heran kalau sakit ‘perempuan’ kala itu disebut ‘sakit mangga’. Kemudian dikenal dengan sebutan raja singa atau sipilis.

Di abad ke-19, sipilis termasuk penyakit yang sulit disembuhkan karena saat itu belum ditemukan antibiotik. Penyakit itu mungkin bisa dikatakan seragam dengan AIDS/HIV sekarang ini yang sudah menginfeksi sekitar 130 ribu hingga 150 ribu orang di Indonesia yang 80 persen diantaranya usia produktif 15 – 29 tahun.

BACA JUGA: Miyabi Datangi Bali, Jadi Teringat Soekarno Tawarkan Wanita Indonesia Jadi Budak Seks Tentara Jepang

Kompleks pelacuran Gang Mangga ini kemudian tersaingi oleh rumah-rumah bordir yang didirikan orang Cina yang disebut soehian. Lokalisasi ini ditutup pada awal abad ke-20 karena sering terjadi keributan. Tapi kata soehian tidak pernah hilang dalam dialek Betawi untuk menunjukkan kata sial. Dasar suwean (sialan).

Setelah penyerahan kedaulatan, kompleks pelacuran terdapat di berbagai tempat di Jakarta. Seperti Gang Hauber di Petojo yang terdiri dari Gang Hauber I, II, dan III yang oleh Walikota Sudiro pada pertengahan 1950-an diganti Gang Sadar. Tapi, si pelacur dan laki-laki hidung belang tidak sadar-sadar karena sampai awal 1980-an masih beroperasi.

BACA JUGA: Kerangkeng di Rumah Bupati Langkat Seperti Perbudakan di Zaman Belanda


 Pelacuran merajalela di Batavia. Bisnis pelacuran di Jakarta sudah ada sejak era Batavia. Foto: IST
Pelacuran merajalela di Batavia. Bisnis pelacuran di Jakarta sudah ada sejak era Batavia. Foto: IST

PELACURAN KELAS BAWAH DI PLANET SENEN

Di Sawah Besar terdapat kompleks pelacuran Kaligot, mengambil nama sandiwara Prancis Aligot yang pada 1930-an manggung di Batavia. Sedangkan, di daerah Senen terdapat kompleks pelacuran Planet.

Nama planet ini diambil ketika terjadi persaingan antara AS dan Uni Soviet untuk meluncurkan sputnik ke Planet pada 1960-an. Atau tempat pelacuran Malvinas di Bekasi yang menjulang saat terjadi perang antara Inggris dan Argentina memperebutkan kepulauan Malvinas (Folkland) di tahun 1980-an.

BACA JUGA: Jejak Sejarah Pasukan NICA di Pasar Senen

Di Planet Senen, pelacuran kelas bawah ini berlangsung di gerbong-gerbong kereta api antara Stasiun Senen hingga Jl Tanah Nyonya (Gunung Sahari) yang panjangnya beberapa ratus meter. Selain itu, operasi juga ngamar di rumah-rumah kardus dekat rel kereta api. Tempat pelacuran yang tiap hari didatangi ribuan orang ini dibersihkan pada masa Gubernur Ali Sadikin (1971).

Pekerja seks di Planet Senen dipindahkan ke Kramat Tunggak, Jakarta Utara. Sebelum ditertibkan Bang Ali, di sekitar Senen dari depan bioskop Rivoli di Palputi hingga depan Bioskop Grand (Kramat) ratusan becak berseliweran dengan muatan para pelacur.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Ke Bioskop Disalami Semua Penonton, Salaman Belum Rampung Film Sudah Selesai

Hiburan bergengsi di Jakarta baru dimulai pada masa Ali Sadikin. Dipelopori tokoh perfilman Usmar Ismail yang mendirikan klub malam Mirasa Sky Club di puncak Gedung Sarinah di Jl Thamrin. Setelah ini berjamuran puluhan klab malam, panti pijat, diskotek, pub, salon, dan lokalisasi liar muncul di Jakarta.

Striptease yang sebelumnya hanya bisa dinikmati di Singapura hadir pula di panggung Jakarta. Sebelumnya Jakarta sempat dijuluki The Big Village atau kampung besar.

BACA JUGA: Oh Ya Sedulur, Sudah Tahu Belum GB WhatsApp Bisa Didownload Lewat Google Chrome, Gratis dan Mudah

.

TONTON VIDEO PILIHAN:

Santri tak berhenti mengaji saat masih pingsan usai dioperasi. Video: YouTube Kurusetra.

.

BACA ARTIKEL MENARIK LAINNYA:

> Gara-Gara PKI Boikot Marilyn Monroe, Bioskop di Indonesia Bangkrut

> SssTikTok: Download Video Gratis dari TikTok, Aman dari Virus, Hasil Video Bebas Watermark dan HD

> Download Lagu Pakai Y2Mate Gratis dari YouTube, Gampang, Cepat, Dijamin Aman

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Download GB WhatsApp Versi November 2022: Gampang, Cepat, Gratis, Nikmati Sederet Fitur Update

> Download Minecraft PE 1.19.11 Versi Terbaru, Legal dan Gratis Nikmati Fitur Update Terbaru

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> SssTikTok: Download Video TikTok tanpa Watermark, Gratis, Mudah Video Langsung Save di HP

> Jadwal Ganjil-Genap Kawasan Puncak Bogor Akhir Pekan November 2022

> SnapTik: Gratis Download Video TikTok tanpa Instal Aplikasi, Mudah Bebas Watermark, Kualitas HD

> FreeMP3Downloads: Gratis Download Lagu Indonesia, Barat, Korea, Gampang dan Cepat

> Download GB WhatsApp Gratis dari Google Chrome: Gampang, Anti-banned, Banyak Fitur Rancak

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement