REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) dan Prancis mengatakan mereka akan meminta pertanggungjawaban Rusia atas aksinya di Ukraina. Uni Eropa juga telah mencapai kesepakatan tentatif mengenai penetapan harga minyak untuk menekan pendapatan ekspor Moskow.
Kekuatan-kekuatan Barat mencoba mendorong dukungan untuk Ukraina yang infrastruktur energinya sedang dihujani rudal dan serangan drone Rusia. Serangan-serangan itu mengganggu pasokan listrik, air dan pemanas di kota-kota saat musim dingin saat perang memasuki bulan kesembilan.
Sementara Rusia menuduh AS dan Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memainkan peran langsung dan berbahaya dalam perang. Moskow mengatakan Washington mengubah Kiev menjadi ancaman langsung yang tidak bisa Moskow abaikan.
Dalam upaya untuk mengurangi uang yang dimiliki Moskow untuk berperang. Pada Kamis (1/12/2022) Uni Eropa untuk sementara meyepakati batas harga minyak 60 dolar per barel pada minyak lintas laut Rusia. Kebijakan ini perlu disetujui semua pemerintah Uni Eropa dalam prosedur tertulis pada Jumat (2/12/2022).
Dalam pernyataan bersama usai pertemuan di Oval Office, Gedung Putih, Presiden AS Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan mereka berkomitmen meminta pertanggung jawaban Rusia pada "kekejian dan kejahatan perang yang terdokumentasikan yang dilakukan bagi pasukan angkatan bersenjata maupun proksinya."
"(Washington dan Paris) menghadapi ambisi besar (Presiden Rusia) Vladimir Putin untuk melakukan penaklukan dan mempertahankan nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia universal," kata Biden.
Pada wartawan Biden mengatakan ia siap berbicara dengan Putin "bila sebenarnya ia tertarik untuk memutuskan ia ingin mengakhiri perang." Tapi ia menambahkan Putin "belum melakukan itu."
Macron mengatakan ia akan melanjutkan pembicaraan dengan Putin. "Demi mencegah eskalasi dan untuk mendapatkan hasil yang benar-benar konkrit," katanya, sambil memberi contoh seperti keamanan fasilitas nuklir.