REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan wilayah yang direlokasi mencakup zona gempa susulan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, meliputi 11 desa karena dekat dengan pusat gempa. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, zona-zona tersebut disebut sebagai zona sistemik aktif gempa, baik gempa susulan ataupun gempa utama dan meliputi sebagian desa.
"Kami menyebut nama desa dan jangan disalah-artikan seluruh desa itu masuk zona ini, tidak sama sekali hanya sebagian dari desa itu, sebagian yang mana? silakan nanti dilihat pada peta batas desanya," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (2/12/2022) malam.
Berdasarkan skenario BMKG, sebanyak 10 desa berada di Kecamatan Cugenang dengan rincian Desa Ciputri, Desa Pasir Sarongge, Desa Galudra, Desa Nyalindung, Desa Sukamulya, Desa Sarampad, Desa Talaga, Desa Salakawung, Desa Cirumput, Desa Cibulakan. Sedangkan, satu desa lainnya adalah Desa Ciherang yang secara administrasi masuk ke wilayah Kecamatan Pacet.
Jarak 11 desa tersebut dari zona pusat gempa susulan berkisar 500 meter sampai 6,51 kilometer. Adapun wilayah yang perlu dikosongkan akibat masuk zona seismik aktif gempa susulan sistem sesar Cimandiri lebih kurang 51,7 kilometer persegi. Hal ini berdasarkan skenario antisipasi gempa bumi dengan sumber gempa di Kabupaten Cianjur.
Hingga 2 Desember 2022, pukul 18.00 WIB, BMKG mencatat ada 374 kali gempa susulan yang semakin melemah dengan magnitudo terbesar 4,2 dan magnitudo terkecil 1,0. Berdasarkan laporan BMKG, gempa bumi berkekuatan 5,6 magnitudo telah mengguncang wilayah Cianjur pada Senin (21/11). Guncangan gempa itu menyebabkan banyak rumah runtuh dan pergerakan tanah.
Jumlah korban tewas akibat bencana gempa di Cianjur seluruhnya sebanyak 321 jiwa, kemudian korban luka berat tercatat 593 orang dan yang dirawat di rumah sakit setempat sebanyak 59 orang. Kemudian, total lokasi pengungsian tersebar pada 494 titik dengan jumlah 41.196 kepala keluarga atau 114 ribu jiwa.