Sabtu 03 Dec 2022 17:21 WIB

Hemat dalam Islam

Hemat menimbulkan kebaikan dan menjauhkan keburukan.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Agung Sasongko
Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  Pakar ekonomi syariah yang juga anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI), Yulizar Djamaluddin Sanrego, mengatakan, berperilaku hemat merupakan amal saleh. Hemat menimbulkan kebaikan dan menjauhkan keburukan.

Dia mencontohkan orang yang menerapkan perilaku hemat dalam aktivitas makanan, maka tidak akan boros dan berlebih-lebihan, baik dalam membeli maupun mengonsumsi makanan. Sebab, berlebihan dalam kegiatan makan dapat menyebabkan timbulnya penyakit, pada sisi lain akan membuat besarnya pengeluaran keuangan.

Baca Juga

Hemat dalam Islam itu melakukan sesuatu sesuai kebutuhan. Termasuk dalam perintah untuk berperilaku hemat yang kemudian bisa menjadikan seseorang dinilai berbuat amal saleh. Bahkan, dalam urusan ibadah pun, diperintahkan untuk tidak berlebihan, misalnya dalam berwudhu tidak baik bagi seseorang menggunakan air berlebihan, kata Yulizar kepada Republika, beberapa hari lalu.

Perilaku hemat adalah ajaran Islam yang juga efektif dalam menghadapi resesi ekonomi.Seperti kisah Nabi Yusuf, dalam catatan sirah nabi dijelaskan bahwa Nabi Yusuf yang berhasil membantu raja Mesir mengatasi krisis yang melanda negerinya selama bertahun- tahun. Sebelum krisis terjadi, Nabi Yusuf menyarankan untuk berhemat dan menyiapkan ketahanan pangan dengan membuat lumbung dan melakukan manajemen yang cermat pada hasil panen.

Sebagaimana kisah Nabi Yusuf, mestinya akan efektif dalam menghadapi resesi. Ini juga pernah dilakukan Umar bin Khattab pada saat terjadi pandemi masa itu. Umar bin Khattab bisa meredam karena sebelumnya beliau melakukan investasi beberapa tanah, lalu di- switchmenjadi tanah wakaf yang kemudian ditasarufkan atau diinvestasikan, katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement