REPUBLIKA.CO.ID, Era majunya teknologi sekarang ini mengaburkan pandangan sebagian orang dalam menentukan barang yang perlu dibeli dan tidak.Akibatnya, barang yang sifatnya tidak penting, malah diusahakan untuk bisa dimiliki demi sebuah prestise. Perilaku hidup sederhana pun menjadi barang langka.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, Syahruddin, menjelaskan, Islam menuntun manusia pada kehidupan yang seimbang.Tidak juga boros dengan belanja mengikuti hawa nafsu. Sejatinya, bila nafsu menjadi motor dalam pemenuhan kebutuhan, cenderung menjadi tidak seimbang, kata dia.
Syahruddin mengatakan, ada beberapa cara berhemat. Pertama, kendalikan hawa nafsu. Strategi efektif, misalnya, dengan membuat catatan keperluan berdasarkan skala prioritas.
Kedua, menjalani kehidupan sederhana, yang bermakna sesuai keperluan.Sederhana juga berarti pemenuhan kebutuhan untuk hidup, hidup untuk memenuhi semua kebutuhan.Apalagi, didorong kesenangan semu duniawi.
Ketiga, banyak bersyukur dan merasa cukup (qanaah). Seorang Muslim yang penuh rasa syukur cenderung mampu menahan diri dari hidup boros. Sebab, sejatinya orang kaya adalah yang tidak lagi merasa perlu.
Setan pun tidak mudah mengusiknya untuk asyik menghamburkan rezeki yang diperoleh dengan membeli berbagai barang yang tak perlu. Dengan jiwa yang selalu bersyukur, rasa cukup dapat memengaruhi perilaku konsumsinya yang lebih rasional.