Tugas kasir sudah digantikan oleh mesin. Sebentar lagi akan menjadi jenis pekerjaan yang benar-benar hilang.
Dulu, lowongan kerja sebagai kasir pun akan diburu banyak lulusan SMA. Sekarang, pekerjaan sebagai kasir mulai hilang ditelan zaman. Mulanya kasir jalan tol, lalu kasir di halte Transjakarta dan kasir di stasiun kereta komuter. Sekarang, sudah toko buku yang mengurangi kasirnya. Masih dalam taraf uji coba, menggantinya dengan mesin pembayaran mandiri.
Mesinnya seperti yang ada di Perpustakaan Nasional. Ada alat pemindai buku. Di Perpustakaan Nasional, alat pemindai akan membaca data, antara lain judul buku, nama penulis, jumlah koleksi. Jika jumlah koleksi hanya satu, buku itu tak bisa diproses untuk dipinjam. Tapi sebelum keluar dari ruang koleksi, harus meminta petugas untuk mematikan deteksi alarm yang dipasang dibuku. Sebab, jika tidak, di pintu keluar buku akan terdeteksi alat lalu alarm bordering keras, sehingga pengunjung lain akan menoleh ke arah pintu.
Di toko buku yang baru uji coba pembayaran mandiri ini, tak ada deteksi alarm yang dipasang di buku. Nuku-buku yang akan dibeli ditaruh ai atas alat pindai, maka judul buku dan harga akan muncul di layar mesin pembayaran. Termasuk jika harga buku itu didiskon, datanya juga sudah ditera di buku itu. Setelah daftar harga buku sudah tertera di layar, tinggal melakukan pembayaran. Bisa menggunakan kartu debit atau aplikasi pembayaran. Kartu Jakarta Pintar belum bisa digunakan di mesin ini.
Yang membeli denan tunai, bisa antre di meja kasir. Di tulisnya “chasier” ya. Di mesin pembayaran mandiri pun kata-kata Inggris juga mudah ditemui. Mialnya, pertintah untuk menarun buku di laat pindai ditulis “drop here”. Informasi “bayar, lalu pergi” ditulis “pay and go”. Ada juga informasi “Shop online, anytime, anywhere”.
Ma Roejan