REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) menggelar Silaturrahmi Kerja Nasional (Silaknas) dan Milad ke-32 ICMI di Jakarta pada 3-4 Desember 2022.
Dalam momentum ini, pendiri ICMI Prof Emil Salim meminta kepada ICMI untuk tetap menjadi organisasi yang menyalakan ajaran-ajaran Alquran.
Prof Emil menjelaskan, ICMI berdiri untuk menjalankan kewajiban sebagai muslim yang tidak hanya menjalankan ibadah agama, tapi juga mencoba untuk menjalankan ajaran yang termaktub dalam Alquran.
Sementara, di masa sekarang ini artificial intelligence, robotik, dan hal-hal yang hanya mengedapankan rasionalitas dan logika terus mendesak agama ke samping.
Untuk menghadapi masa depan yang seperti itu, menurut Prof Emil, maka ICMI harus tetap menyalakan ajaran-ajaran Alquran.
Dia pun meminta kepada ICMI untuk berkaca kepada ilmuwan Islam Al-Khawarizmi, yang memiliki nama lengkap Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi.
“Tugas ICMI adalah tetap menyalakan ajaran-ajaran Alquran kepaada kita semua di dalam masyarat bangsa ini.”
“Untuk itu, saya minta kita pelajari perkembangan Bayt Al-Hikmah, the house of wisdom dengan pemimpinnya Al-Khawarizmi, pencipta Aljabar,” ujar Prof Emil saat sambutan di Auditorium BJ Habibie, Gedung BRIN Jakarta Pusat, Sabtu (3/12/2022).
Menurut Prof Emil, Al-Khawarizmi adlah ilmuwan Islam yang terinspirasi dari surat al-Ankabut yang bercerita tentang bintang-bintang. Menurut dia, Al-Khawarizmi merenungkan apa maksud cerita bintang-bintang di dalam Alquran.
“Dia kemudian membikin suatu teropong, dia selidiki dan menemukan garis-garis antara satu bintang dengan bintang lain dan lahir lah geometri, stereometri, ilmu ukur, ilmu lain yang menghasilkan anak-anak Aljabar,” ucap Prof Emil.
Dia mengatakan, itu merupakan salah satu contoh ilmuwan muslim yang menjadikan Alquran sebagai sumber ilmu pengetahuan. Karena itu, dia meminta kepada ICMI agar tidak bicara politik dan sosial kemasyarakatan saja.
“Maka, ICMI sebagai ikatan cendikiawna muslim Indonesia tidak hanya bicara politik, tidak hanya bicara kemasyarakatan, tapi memberi ruh kepada ajaran agama Islam kita di Tanah Air dengan menjadikan Islam sebagai sumber ilmu pengetahuan,” kata dia.
Jika Al-Khawarizmi berhasil membentuk Bayt Al-Hikmah atau The House of Wisdom, tambah dia, maka ICMI paling tidak harus bisa berkontribusi kepada ilmu pengetahuan melalui agama.
“Supaya Indonesia tidak menjadi negara yang hanya rasional atau negera yang hanya mengutamakan ilmu saja, tetapi kehilangan ruh jiwa dan moralitasnya,” jelas Prof emil.
Acara yang mengangkat tema “ICMI Menginspirasi dan Memberi Solusi untuk Indonesia” ini dibuka secara resmi oleh Menko PMK, Muhadjir Effendy. Dalam sambutannya, Muhadjir juga berharap agar ICMI tetap berkhidmat seabgai organisasi yang berkeondonesiaan dan berkeislaman.
“Intinya kami ingin berpesan kepada ICMI untuk bekhidmat di dalam relnya sebagai organsiasi cendikiawan yang berkeindonesiaan dan berkeislaman itu. Dan tadi sudah luar biasa yang disampaikan Prof Emil, kita harus berangkat dari Alquran dan sumber Alquran itu menginspirasi,” ujar Muhadjir.
Sebetulnya, lanjut dia, jika ada yang belum terinpirasi dengan Alquran, pasti karena tidak terlalu akrab dengan Alquran. Menurut dia, jika para cendikiawan muslim akrab terhadap Alquran, ada banyak hal yang bisa didapatkan.
“Dan tentu saja kita yakin sampai sekarang masih yakin bahwa di dalam berkeindonesiaan ini, Islam masih akan mampu untuk memberikan warna, mempengaruhi perjalanan bangsa ini ke depan, perjalanan menuju badlatun thayyibatun warabbun ghafur, tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai yang ada di dalam Pancasila dan UUD 1945,” jelas Muhadjir.