Ahad 04 Dec 2022 12:44 WIB

Beijing dan Shenzhen Longgarkan Lebih Banyak Pembatasan Covid-19

Pelanggaran pembatasan Covid-19 terjadi di sejumlah kota di China selama akhir pekan.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
Warga yang memakai masker menyeberang jalan saat bus umum melintas di Beijing, Sabtu, 3 Desember 2022. Otoritas China pada Sabtu mengumumkan pelonggaran lebih lanjut pembatasan COVID-19 dengan kota-kota besar seperti Shenzhen dan Beijing tidak lagi mewajibkan tes negatif untuk naik kendaraan umum.
Foto: AP Photo/Ng Han Guan
Warga yang memakai masker menyeberang jalan saat bus umum melintas di Beijing, Sabtu, 3 Desember 2022. Otoritas China pada Sabtu mengumumkan pelonggaran lebih lanjut pembatasan COVID-19 dengan kota-kota besar seperti Shenzhen dan Beijing tidak lagi mewajibkan tes negatif untuk naik kendaraan umum.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Penduduk Beijing pada Sabtu (3/12/2022) bersorak atas penghapusan stan pengujian Covid-19 di sejumlah titik wilayah. Otoritas Kota Shenzhen mengatakan tidak akan lagi mengharuskan penumpang menunjukkan hasil tes untuk bepergian.

Pelanggaran pembatasan Covid-19 mulai nyata terjadi di sejumlah kota di China setelah protes selama akhir pekan lalu menghantam pemerintah China sejak beberapa dekade. Massa yang marah melakukan aksi demo menuntut pengakhiran pembatasan ketat imbas kebijakan nol-Covid China.

Baca Juga

Meskipun kasus harian mendekati titik tertinggi sepanjang masa, beberapa kota mengambil langkah-langkah untuk melonggarkan persyaratan pengujian Covid-19 dan aturan karantina. Kota Shenzhen di selatan mengumumkan tidak lagi mengharuskan orang menunjukkan hasil tes Covid negatif untuk menggunakan transportasi umum atau memasuki taman, mengikuti langkah serupa oleh Chengdu dan Tianjin.

Banyak stan pengujian di ibu kota China Beijing juga telah ditutup. Hal ini terjadi karena kota berhenti menuntut hasil tes negatif sebagai syarat untuk memasuki tempat-tempat seperti supermarket dan bersiap melakukannya untuk kereta bawah tanah mulai Senin. Meski masih banyak tempat lain termasuk kantor masih membutuhkan pengujian.

Sebuah video yang memperlihatkan para pekerja di Beijing memindahkan tempat pengujian dengan derek ke sebuah truk menjadi viral di media sosial Cina pada Jumat. "Ini seharusnya diambil lebih awal!," kata seorang komentator. "Dibuang ke sejarah," kata yang lain.

Tiga tahun dihadapkan dengan virus, China menganut kebijakan nol-Covid yang membuat aturan sangat ketat mendera penduduknya. Ditemukan hanya satu kasus pun, sebuah distrik bakal dikunci.

Hal ini lambat laun membuat warga frustasi terlebih dengan insiden kebakaran di ibu kota Xinjiang, Urumqi yang menewaskan 10 orang. Warga menduga pertolongan pertama terlambat karena warga dikunci oleh aturan pembatasan Covid.

China akan mengumumkan lebih lanjut pengurangan persyaratan pengujian secara nasional serta mengizinkan kasus positif dan kontak dekat untuk diisolasi di rumah dalam kondisi tertentu. Presiden China Xi Jinping, selama pertemuan dengan pejabat Uni Eropa di Beijing pada Kamis, menyalahkan protes massal pada pemuda yang frustasi selama bertahun-tahun pandemi Covid-19, tetapi ia mengatakan varian virus Omicron yang sekarang dominan membuka jalan bagi pembatasan yang bakal berangsur dikurangi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement