REPUBLIKA.CO.ID, PALMDALE -- Pesawat pembom siluman berkemampuan nuklir terbaru Amerika Serikat (AS) memulai debutnya pada Jumat (2/12/2022). Kemunculan B-21 Raider usai bertahun-tahun pengembangan rahasia dan sebagai bagian dari jawaban Pentagon atas meningkatnya kekhawatiran atas konflik masa depan dengan China.
B-21 Raider adalah pesawat pembom AS pertama dalam lebih dari 30 tahun. Hampir setiap aspek dari program diklasifikasikan.
Saat malam tiba di Plant 42 Angkatan Udara di Palmdale, publik melihat Raider untuk pertama kalinya dalam upacara yang diawasi ketat. Acara ini dimulai dengan terbangnya tiga pembom yang masih beroperasi: B-52 Stratofortress, B-1 Lancer, dan B-2 Spirit. Kemudian pintu hanggar perlahan terbuka dan B-21 ditarik sebagian keluar gedung.
Kepala eksekutif Northrop Grumman Corp. yang membuat pembom tersebut, Kathy Warden, menyatakan Raider mungkin menyerupai B-2, tetapi saat melihat isinya akan sangat berbeda. "Cara beroperasi secara internal sangat maju dibandingkan dengan B-2, karena teknologinya telah berkembang sangat pesat dalam hal kemampuan komputasi yang sekarang dapat kami tanamkan dalam perangkat lunak B-21,” katanya.
Kemajuan lain kemungkinan termasuk cara-cara baru untuk mengatur emisi elektronik, sehingga pembom bisa menipu radar musuh dan menyamar sebagai objek lain, dan penggunaan teknologi propulsi baru. “Ini adalah kemampuan pengamatan yang sangat rendah. Kamu akan mendengarnya, tetapi kamu benar-benar tidak akan melihatnya," kata Warden.
Perubahan lainnya termasuk bahan canggih yang digunakan dalam pelapis untuk membuat pembom lebih sulit dideteksi. "50 tahun kemajuan dalam teknologi low-observable telah masuk ke pesawat ini. Bahkan sistem pertahanan udara yang paling canggih pun akan berjuang untuk mendeteksi B-21 di langit," kata Menteri Pertahanan Lloyd Austin.
B-21 adalah bagian dari upaya Pentagon untuk memodernisasi ketiga armada nuklirnya, yang mencakup rudal balistik nuklir yang diluncurkan silo dan hulu ledak yang diluncurkan kapal selam. Negara ini sudah beralih dari kampanye kontraterorisme beberapa dekade terakhir untuk memenuhi modernisasi militer China yang cepat.
"Ini bukan sekadar pesawat biasa. Itu adalah perwujudan tekad Amerika untuk mempertahankan republik yang kita semua cintai," kata Austin.
Beijing berada di jalur yang tepat untuk memiliki 1.500 senjata nuklir pada 2035 dan pencapaian armada dalam hipersonik, perang dunia maya, dan kemampuan luar angkasa. Langkah-langkah itu, menurut Pentagon pekan ini, menghadirkan tantangan paling penting dan sistemik bagi keamanan nasional AS dan sistem internasional yang bebas dan terbuka.
"Kami membutuhkan pembom baru untuk abad ke-21 yang akan memungkinkan kami menghadapi ancaman yang jauh lebih rumit, seperti ancaman yang kami khawatirkan suatu hari akan kami hadapi dari China, Rusia," kata Menteri Angkatan Udara 2015 Deborah Lee James saat itu kontrak Raider.