REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Mesir berupaya untuk memperkuat hubungannya dengan Muslim Serbia sebagai bagian dari tencana untuk meningkatkan pengaruhnya di negara Eropa tenggara itu.
Duta Besar Mesir untuk Serbia, Beograd Bassel Salah, bertemu dengan Mufti Besar Serbia dan kepala komunitas Muslim Syekh Mustafa Yusuf Spahic pada November lalu.
Dilansir dari Al Monitor, Ahad (4/11/2022), dalam pertemuan tersebut, Salah mengatakan negaranya berencana untuk mengirim utusan agama ke Serbia dan memberikan kesempatan kepada siswa Muslim Serbia untuk belajar di Al Azhar Mesir.
Dia menambahkan bahwa para pemimpin Islam Serbia akan diundang untuk berpartisipasi dalam konferensi keagamaan Mesir.
Tawaran Mesir terhadap Muslim Serbia datang saat Kairo bekerja untuk melawan pengaruh yang berkembang dari Ikhwanul Muslimin di negara tetangga Kosovo.
Dalam laporan Mei 2021, Al-Arabiya mengamati bahwa Kosovo dapat menjadi tempat berlindung yang aman dari anggota Ikhwanul Muslimin yang tinggal di Turki menyusul pemulihan hubungan Turki-Mesir baru-baru ini.
Mantan Presiden Mesir Mohammed Morsi yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin, telah memberikan perhatian khusus kepada Kosovo selama krisis selama bertahun-tahun dengan Serbia sebelum menyatakan kemerdekaannya pada 2008.
Pada Juni 2013, ketika Ikhwan masih berkuasa di Mesir, Kairo mengakui kemerdekaan Kosovo dari Serbia.
Posisi Mesir berubah setelah Presiden Abdel Fattah al-Sisi menjabat dan membekukan pengakuan Kairo atas Kosovo.
Sisi mulai menunjukkan minat untuk pemulihan hubungan dengan Serbia dan keuntungan ekonominya serta melakukan beberapa langkah lain yang tidak mendukung Kosovo. Pada 2015, Kairo abstain dalam pemungutan suara atas keanggotaan Kosovo di UNESCO.
Selama kunjungan Sisi ke Beograd pada Juli, kedua negara menyepakati kesepakatan bagi Serbia untuk mengekspor gandum ke Mesir sehubungan dengan perang Rusia-Ukraina. Kedua pejabat juga membahas kerja sama di bidang energi dan gas alam.
“Langkah Mesir menuju komunitas Muslim di Serbia diperlukan sehubungan dengan meningkatnya dukungan Mesir ke Serbia dalam krisisnya melawan Kosovo, yang didukung Ikhwanul Muslimin," kata Sameh Eid, seorang peneliti gerakan Islamis.
“Rezim yang berkuasa di Mesir menyadari pengaruh dan kekuatan kelompok Islam, yaitu Ikhwanul Muslimin, di Kosovo," tambahnya.
Eid mengatakan bahwa Ikhwanul Muslimin berusaha meyakinkan publik Arab bahwa Mesir telah meninggalkan umat Islam dan Kairo menanggapi dengan tawaran kepada umat Islam di Serbia.
"Melalui dukungan ini, Mesir juga berusaha untuk meningkatkan kerja sama dengan Serbia untuk [melindungi] minoritas Islam dan mencegah kelompok Islam untuk membangun kehadiran di Serbia dan mengeksploitasi isu-isu Muslim," katanya.
Sebagai catatan, Muslim di Serbia adalah kelompok minoritas di lebih dari 3 persen dari total populasi 7 juta, menurut sensus terakhir yang dilakukan pada 2011.