Senin 05 Dec 2022 15:05 WIB

CBI: Ekonomi Inggris Melemah pada 2023

Inggris berada dalam stagflasi, dengan inflasi yang meroket dan pertumbuhan negatif.

 Orang-orang yang memakai masker wajah untuk mengekang penyebaran virus corona berjalan melalui Trafalgar Square dengan latar belakang Galeri Nasional, di London, Selasa, 11 Januari 2022. Confederation of Business Industry (CBI) memperkirakan perekonomian Inggris akan menyusut 0,4 persen tahun depan karena inflasi tetap tinggi
Foto: AP/Matt Dunham
Orang-orang yang memakai masker wajah untuk mengekang penyebaran virus corona berjalan melalui Trafalgar Square dengan latar belakang Galeri Nasional, di London, Selasa, 11 Januari 2022. Confederation of Business Industry (CBI) memperkirakan perekonomian Inggris akan menyusut 0,4 persen tahun depan karena inflasi tetap tinggi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Confederation of Business Industry (CBI) memperkirakan perekonomian Inggris akan menyusut 0,4 persen tahun depan karena inflasi tetap tinggi dan perusahaan menahan investasi. Hal ini berdampak suram untuk pertumbuhan jangka panjang.

"Inggris berada dalam stagflasi, dengan inflasi yang meroket, pertumbuhan negatif, penurunan produktivitas, dan investasi bisnis. Perusahaan melihat peluang pertumbuhan potensial tetapi ... hambatan menyebabkan mereka menghentikan investasi pada tahun 2023," kata Direktur Jenderal CBI Tony Danker, Senin (5/12/2022).

Baca Juga

Perkiraan CBI menandai penurunan tajam dari perkiraan terakhirnya di bulan Juni. Ketika itu CBI memperkirakan pertumbuhan 1,0 persen untuk tahun 2023 dan memperkirakan produk domestik bruto (PDB) tidak akan kembali ke level sebelum COVID-19 hingga pertengahan 2024.

Inggris sangat terpukul oleh lonjakan harga gas alam setelah invasi Rusia ke Ukraina. Negara itu juga mengalami pemulihan pasar tenaga kerja yang tidak tuntas setelah pandemi COVID-19 dan investasi serta produktivitas yang terus-menerus lemah.

"Pengangguran akan mencapai puncaknya pada 5,0 persen pada akhir 2023 dan awal 2024, naik dari 3,6 persen saat ini," kata CBI.

Inflasi Inggris mencapai level tertinggi 41 tahun sebesar 11,1 persen pada bulan Oktober, menekan tajam permintaan konsumen. CBI memperkirakan inflasi akan lambat turun, rata-rata 6,7 persen tahun depan dan 2,9 persen pada tahun 2024.

Tetapi perkiraan CBI sejalan dengan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), yang mengharapkan Inggris menjadi ekonomi dengan kinerja terlemah di Eropa kecuali Rusia tahun depan. CBI memperkirakan investasi bisnis pada akhir tahun 2024 akan berada 9 persen di bawah tingkat pra-pandemi, dan output per pekerja 2 persen lebih rendah.

Untuk menghindari hal ini, CBI meminta pemerintah membuat sistem visa kerja pasca-Brexit Inggris lebih fleksibel, mengakhiri larangan efektif untuk membangun turbin angin di darat, dan memberikan insentif pajak yang lebih besar untuk investasi. "Kita akan melihat dekade pertumbuhan yang hilang jika tindakan tidak diambil. PDB adalah pengganda sederhana dari dua faktor: orang dan produktivitas mereka. Tapi kita tidak memiliki orang yang kita butuhkan, maupun produktivitasnya," kata Danker.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement