Senin 05 Dec 2022 15:45 WIB

Selandia Baru Umumkan Peninjauan Penanganan Pandemi Covid-19

Tim ini akan mulai bekerja pada Februari 2023 dan selesai pada pertengahan 2024.

Pemerintah Selandia Baru pada Senin (5/12/2022) mengatakan akan meluncurkan penyelidikan atas penanganan pandemi COVID-19 di negara itu.
Foto: AP/Evan Vucci
Pemerintah Selandia Baru pada Senin (5/12/2022) mengatakan akan meluncurkan penyelidikan atas penanganan pandemi COVID-19 di negara itu.

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Pemerintah Selandia Baru pada Senin (5/12/2022) mengatakan akan meluncurkan penyelidikan atas penanganan pandemi COVID-19 di negara itu. Hal itu bertujuan agar pemerintah di masa depan dapat belajar dari pengalaman tersebut.

Komisi Kerajaan, penyelidikan publik tingkat tertinggi di Selandia Baru, akan melihat tanggapan secara keseluruhan, kata pemerintah dalam sebuah pernyataan. Itu termasuk mempertimbangkan langkah-langkah ekonomi, seperti respons kebijakan fiskal dan moneter tetapi tanpa meninjau keputusan bank sentral tertentu.

Baca Juga

Tujuannya adalah mengidentifikasi pelajaran yang dapat diterapkan dalam pandemi di masa depan. "Sudah lebih dari 100 tahun sejak kami mengalami pandemi skala ini, jadi sangat penting kami menyusun apa yang berhasil dan apa yang dapat kami pelajari darinya jika itu terjadi lagi," kata Perdana Menteri Jacinda Ardern dalam sebuah pernyataan.

Pemerintah mengumumkan komisi penyelidikan kerajaan yang akan diketuai oleh ahli epidemiologi yang berbasis di Australia Prof Tony Blakely, mantan menteri kabinet Hekia Parata dan mantan menteri keuangan John Whitehead pada Senin sore. Ardern mengatakan, tim ini akan mulai bekerja pada Februari 2023 dan selesai pada pertengahan 2024.

"Komisi penyelidikan kerajaan adalah bentuk penyelidikan publik tertinggi dan merupakan hal yang benar untuk dilakukan, mengingat keadaan darurat Covid-19 adalah ancaman paling signifikan terhadap kesehatan warga Selandia Baru dan ekonomi kita sejak perang dunia kedua,” kata Ardern seperti dikutip laman Guardian, Senin.

Ia mengatakan bahwa sementara setiap negara bergulat dengan virus, tidak ada pedoman untuk mengelolanya. Penyelidikan akan melihat tanggapan keseluruhan antara Februari 2020 dan Oktober 2022, termasuk pengaturan kebijakan yang diperlukan untuk mendukung tanggapan kesehatan masyarakat. Selain itu penyelidikan akan menilik apa yang dapat dipelajari dan bagaimana hal itu tersebut di atas dapat diterapkan pada pandemi di masa mendatang.

"Selandia Baru mengalami lebih sedikit kasus, rawat inap, dan kematian daripada hampir semua negara lain dalam dua tahun pertama pandemi, tetapi tidak diragukan lagi ada dampak besar pada warga Selandia Baru baik di sini maupun di luar negeri,” kata Ardern.

Tanggapan Covid-19 Selandia Baru yang ketat secara luas dianggap sebagai salah satu yang paling sukses di dunia. Tingkat kematian Covid-19 yang rendah selama 18 bulan pertama pandemi dilalui negara tersebut hingga vaksin tersedia secara luas. Harapan hidup sebenarnya meningkat selama periode ini.

Kendati begitu pengumuman itu datang pada saat negara itu mengalami lonjakan kasus Covid-19 dengan sangat sedikit pembatasan yang masih berlaku. Pada Senin, kementerian kesehatan mengumumkan 34.528 kasus komunitas baru selama seminggu, dibandingkan dengan 27.076 kasus pada minggu sebelumnya. Ada total 2.235 kematian yang disebabkan oleh virus di Selandia Baru sejak pandemi dimulai.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement