REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meyakini Indonesia mampu melakukan mitigasi risiko terhadap tantangan ekonomi pada 2023. Hal ini telah dibuktikan sepanjang 2020 sampai 2022, Indonesia mampu menghadapi kondisi lebih buruk selama pandemi Covid-19.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan ASEAN berbeda dengan sejumlah negara maju. "Jadi jangan gentar terhadap hal itu 2023, tapi kita lihat juga apa yang terjadi sebelumnya dalam dua tahun ini dan bagaimana kita bisa keluar menavigasi dari semua persoalan itu hingga berada penghujung 2022 dengan keadaan yang relatif baik, saya rasa itu excellent-nya," ujarnya saat konferensi pers virtual, Senin (5/12/2022).
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi justru membuat bank sentral di negara menjadi khawatir di tengah kondisi global saat ini. Hal ini akan diikuti oleh tingginya inflasi, sehingga bank sentral juga harus menaikkan suku bunga untuk meredam tingginya inflasi.
"Dia khawatir, kalau perekonomian tumbuh sehat," ucapnya.
Ke depan Mahendra mengakui pertumbuhan ekonomi global akan semakin berat. Tak hanya itu, resesi global juga disinyalir kemungkinan terbesar akan berdampak pada negara maju.
“Saat ini pertumbuhan ekonomi AS mengalami perlambatan. Kami meminta kepada Bank Indonesia (BI) selaku bank sentral membuka kembali text book untuk melihat adakah periode, mereka justru mengharapkan perekonomian tidak tumbuh dengan baik,” ucapnya.