Senin 05 Dec 2022 22:35 WIB

Relawan Pantau Korban di Kandang Kambing Sampai Evakuasi Warga Melahirkan

Warga pun ikut membantu mendirikan tenda untuk medis.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Andi Nur Aminah
 Relawan paramedis melakukan jemput bola pemeriksaan kesehatan penyintas gempa Cianjur, Jawa Barat (ilustrasi)
Foto: Istimewa
Relawan paramedis melakukan jemput bola pemeriksaan kesehatan penyintas gempa Cianjur, Jawa Barat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Bencana gempa Cianjur membawa banyak cerita. Salah satunya, cerita dari tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam upaya menyelamatkan nyawa korban gempa di Kabupaten Cianjur. 

Kisah tenaga medis bantu warga pengungsian ini diceritakan oleh tim paramedis yang ikut andil bersama Jabar Quick Response (JQR) dalam penanganan darurat bencana khususnya kesehatan. Menurut salah satu relawan, Muthia Utami, ia dan timnya tersebar di beberapa desa sampai masuk ke pelosok perkampungan yang belum terakses atau terjamah bantuan khususnya kesehatan. Salah satunya, Desa Cibulakan, Desa Gasol, Desa Benjot dan Desa Barukaso. 

Baca Juga

Namun, menurut Muthia, dia bersama satu timnya sangat diterima oleh warga pengungsian di sana. Karena, mereka merupakan relawan yang pertama mengunjungi pengungsian yang berlokasi di Desa Gasol, Kecamatan Cugenang.

“Kita relawan pertama yang datang kesitu pertama memberikan pengobatan, mereka mengungsi di persawahan gitu,” ujar Muthia 

Karena sangat senang, Muthia mengatakan, warga pun ikut membantu mendirikan tenda untuk medis. Walau jujur, kata Muthia, karena pertama kali turun menjadi tim medis, awalnya ia merasa khawatir. 

“Kebencanaan ikut relawan tim medis ini baru pertama kali, pengalaman pertama awalnya khawatir tapi setelah melewati ya jadi terbiasa. Pengalaman ini tidak bisa dilupakan, saya sangat terketuk hati melihat warga tidur di tenda, ada yang nangis kehilangan sanak saudaranya,” paparnya.

Hal sama dirasakan juga oleh Fauziah, relawan lainnya. Ia sempat ke pengungsian warga yang tinggal di kandang kambing. Warga, terpaksa harus tinggal di pengungsian kambing karena lebih aman.

“Saya masih terbawa suasana melihat warga harus mengungsi ke pengungsian ternak kambing, sedih juga melihat warga tinggal disana, bayi dan lansia yang terpaksa tinggal di sana,” kata Fauziah.

Fauziah pun memberikan anjuran kepada para ibu untuk mengungsi ke lebih aman dan nyaman agar kesehatan bayinya tetap sehat. 

Sementara itu, cerita lain dari Iqbal dan Jalal, mereka dihadapkan seorang ibu yang akan melahirkan di pengungsian dan jauh dari rumah sakit. Beruntung setelah ditolong JQR, ibu yang diketahui bernama Nurjanah bisa di rujuk ke rumah sakit dan tak berselang lama berhasil melahirkan buah hatinya.

“Saya tiga hari tinggal di posko bersama Jalal, Muthia dan Fauziah. Tinggal di sana tiga hari, namun di hari kedua mendapati ibu hamil kontraksi hebat, akses pengungsian ke akses kesehatan sangat jauh," katanya.

Selain itu, kata dia, Posko terletak di jalan setapak. Selain itu, ada reruntuhan relawan membawa tandu jadi agak kesusahan saat mengevakuasi ibu Nurjanah yang akan melahirkan.  "Alhamdulillah kita tanggap cepat, 15 menit sudah sampai ke RS dan kemudian lahir normal melahirkan bayi laki-laki,” katanya. N Arie Lukihardianti

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement