REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Memasuki Desember 2022, Kabupaten Indramayu memasuki masa kedaruratan bencana alam. Sejumlah bencana pun mengintai kabupaten yang dialiri bebagai sungai dan memiliki garis pantai terpanjang di Jabar tersebut.
Salah satu bentuk kewaspadaan Pemkab Indramayu dalam menghadapi ancaman bencana itu dilakukan dengan menggelar Apel Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi di Wilayah Kabupaten Indramayu. Apel berlangsung di Sport Center Indramayu, Selasa (6/12/2022).
Adapun bencana hidrometeorologi yang menjadi ancaman di Kabupaten Indramayu adalah banjir, longsor, cuaca ekstrim, gelombang ekstrim dan abrasi. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Indramayu, Dadang Oce Iskandar menyebutkan, ada 12 kecamatan di Kabupaten Indramayu yang rawan mengalami bencana banjir. Hampir seluruh kecamatan tersebut berada di bantaran sungai. Meliputi Kecamatan Sukagumiwang, Kertasemaya, Tukdana, Bangodua, Jatibarang, Widasari, Lohbener, Sindang, Arahan, Indramayu, Cantigi, dan Kecamatan Pasekan.
"Sebanyak 12 kecamatan itu rata-rata merupakan wilayah yang rawan tanggul jebol. Kebanyakan di wilayah selatan," kata pria yang akrab disapa Oce itu, usai apel siaga di Sport Center.
Oce menyatakan, pemerintah daerah terus berkoordinasi dengan instansi terkait lainnya. Salah satunya Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung, sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana tersebut.
Oce menyebutkan, ada sebanyak 34 titik tanggul kritis di wilayah Kabupaten Indramayu. Dari jumlah tersebut, sebanyak 12 titik di antaranya sudah diperbaiki. Sedangkan sisa tanggul kritis yang belum diperbaiki, dikabarkan rencananya akan diperbaiki pada tahun depan.
Selain ancaman banjir akibat titik tanggul kritis, Oce mengatakan, sejumlah kecamatan lainnya juga sering dilanda banjir rob. Kondisi itu kebanyakan terjadi di wilayah utara, yang berada di pesisir pantai.
Oce mengungkapkan, dalam dua tahun terakhir, wilayah Kabupaten Indramayu memang tidak terjadi bencana alam yang besar. Meski demikian, kewaspadaan dan kesiapsiagaan tetap dilakukan sejak dini.
Termasuk upaya penanggulangan bencana juga harus disiapkan. Untuk itu, hal tersebut memerlukan kolaborasi yang kuat dari berbagai unsur.