REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Indonesia dan Swedia bersama berupaya mencari solusi menuju Agenda 2030 dalam mengurangi emisi karbon. Hal ini disepakati dalam acara tahunan Kerjasama Berkelanjutan Swedia-Indonesia/Sweden-Indonesia Sustainability Partnership Week (SISP Week 2022) selama dua hari Senin-Selasa (5-6/12/2022) di Jakarta.
Duta Besar Swedia untuk Indonesia, Timor-Leste, dan ASEAN Marina Berg menjelaskan SISP diluncurkan dengan tujuan memastikan promosi investasi dan kegiatan Swedia di Indonesia sesuai dengan prinsip berkelanjutan. Menurutnya, kedua negara memiliki tujuan yang sama untuk mencapai agenda pengurangan emisi global dalam Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 dan Paris Agreement.
"Indonesia dan Swedia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon dan menetapkan tujuan untuk mencapai emisi nol bersih dan ini adalah tindakan yang tidak bisa kita tunda," ujar Marina Berg dalam keterangan resmi yang diterima Republika sesuai acara tersebut, Selasa (6/12/2022).
SISP diadakan oleh Team Sweden untuk memfasilitasi hubungan bilateral Swedia-Indonesia di bidang pembangunan berkelanjutan. Hal ini dilakukan dengan menghubungkan para pembuat keputusan di Indonesia dan pihak investor terkait dari Swedia.
Menyoroti inovasi dari perusahaan Swedia, CEO Business Sweden Jan Larsson mengatakan, bahwa meyakinkan bahwa kliennya dan hampir semua perusahaan Swedia maju dalam memenuhi permintaan yang meningkat akan keberlanjutan dan netralitas iklim. Ia menjelaskan bahwa perusahaan Swedia memiliki inovasi yang dulunya belum terpikirkan seperti pesawat penumpang bertenaga baterai, baja bebas fosil, sistem transportasi otonom dan listrik, dan lainnya.
Ia menilai, Indonesia dan Swedia memiliki ambisi yang tinggi terkait keberlanjutan. Oleh karenanya ia meyakini bahwa kedua negara dapat mengatasi tantangan keberlanjutan bersama dengan memanfaatkan empat pilar utama, diantaranya inovasi, kebijakan, keuangan, dan kolaborasi.
Tahun ini, penguatan hubungan bilateral antara kedua ditandai dengan adanya kunjungan delegasi Swedia ke Nusa Tenggara di Agustus, dan Surabaya di Oktober. Fokus utama kunjungan saat itu adalah kerja sama di bidang keberlanjutan, khususnya di energi terbarukan dan sistem transportasi.