REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando, mengungkapkan, tugas perpustakaan adalah mencerdaskan dan menyejahterakan anak bangsa sebagaimana amanah UUD 1945. Esensinya, untuk mengurangi masyarakat marginal. Untuk itu, perpustakaan harus bertransformasi mengubah paradigma yang eksklusif menjadi inklusif."Inilah roh dari semangat transformasi perpustakaan," ujar Syarif Bando dalam siaran persnya, Selasa (5/12/2022).
Dia menyampaikan, Indonesia pada dasarnya memiliki sumber daya alam yang melimpah, tapi belum dikelola dengan optimal. Karena itu, dia mengatakan, masyarakat perlu dibekali inovasi dan kreativitas serta aksesibilitas digital untuk meningkatkan pengetahuannya. "Tidak ada gunanya perpustakaan jika masyarakat masih tetap berada di bawah tingkat kesejahteraan. Jangan sampai perpustakaan menjadi menara gading," kata Syarif Bando.
Perbaikan kesejahteraan hanya dapat dilakukan jika kondisi ekonomi baik, yang ditandai dengan peningkatan pendapatan per kapita dan lapangan kerja. Salah satu jalan untuk mencapai kesejahteraan diperoleh dengan kemampuan literasi.
Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, menjelaskan peran perpustakaan amat dibutuhkan dalam menyiapkan sumber daya manusia unggul dan berdaya saing dalam menghadapi tantangan global.
"Perpustakaan berbasis inklusi sosial diharapkan dapat meningkatkan literasi informasi bagi masyarakat dan berbasis teknologi informasi dan komunikasi mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat meningkatkan kesejahteraan dan juga mendorong kreativitas serta memangkas berbagai kesenjangan akses informasi," kata dia.
Dia berharap Peer Learning Meeting (PLM) Nasional Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Tahun 2022 dapat melahirkan banyak ide dan gagasan yang inovatif dan aplikatif dalam menghadirkan perpustakaan yang lebih inklusif.
Kepala Biro Umum dan Sumber Daya Manusia Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Khamim, mengatakan program Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (PBIS) telah mendorong lahirnya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) oleh masyarakat sekitar perpustakaan.
“Dalam rangka kebijakan revolusi mental, khususnya Gerakan Indonesia Mandiri UMKM perlu diwadahi dalam bentuk koperasi sehingga semangat gotong royong kebersamaan dan kesejahteraan bersama selalu menjadi tiang atau dasar pembangunan ekonomi,” jelas Khamim.
Dalam PLM Nasional, Perpusnas memberikan penghargaan kepada perpustakaan yang berhasil mengimplementasikan TPBIS, yakni Tim Sinergi Terbaik Tahun 2022 berasal dari Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Sumatera Barat, dan Provinsi Sulawesi Selatan.
Program TPBIS yang dijalankan di perpustakaan tingkat provinsi, kabupaten/kota, hingga desa/kelurahan dinilai efektif dan manfaatnya dirasakan oleh masyarakat. Pelaksanaan program TPBIS 2020-2021 memberikan manfaat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan nilai efektivitas program 4,09 dari skala 1-5. Total benefit program ini pada tahun 2020-2021 mencapai lebih dari Rp570 mil
Program itu telah direplikasi mandiri di 18 kabupaten/kota dan 1.125 desa/kelurahan. Hal tersebut tampak dalam evaluasi yang disampaikan pada PLM Nasional Program TPBIS Tahun 2022 yang digelar di Surabaya, Jawa Timur, pada Senin (5/12/2022).
Program TPBIS dijalankan oleh Perpusnas dengan dukungan dari Bappenas RI sejak tahun 2018. Program itu merupakan pendekatan pelayanan perpustakaan yang berkomitmen meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat pengguna perpustakaan di seluruh provinsi di Indonesia.