Selasa 06 Dec 2022 21:23 WIB

Anak Bercita-cita Jadi Youtuber, Bagaimana Cara Mendukungnya?

Anak-anak dari generasi Alpha sebagian ingin menjadi Youtuber.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Logo Youtube di ponsel. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan ketika anak bercita-cita menjadi Youtuber.
Foto: Pixabay
Logo Youtube di ponsel. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan ketika anak bercita-cita menjadi Youtuber.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini, deretan cita-cita anak semakin panjang. Tak hanya ingin menjadi dokter, polisi, dan tentara, tapi banyak dari mereka juga memasukan youtuber sebagai salah satu cita-citanya.

Seiring perkembangan teknologi digital, tidak mengherankan generasi Alpha mempunyai cita-cita sebagai Youtuber. Hal ini sesuai dengan survei yang dilaksanakan oleh Mydoremi, fun-edutainment untuk anak.

Baca Juga

Orang tua anak umur empat sampai 12 tahun yang disurvei menyatakan bahwa anak mereka 48 persen bercita cita sebagai profesional (dokter, arsitek, astronaut, guru, atlet, chef, dan insinyur) dan 20 persen sebagai seniman, penyanyi, desainer fashion, model. Sementara itu, 13 persen lainnya ingin menjadi gamer dan youtuber serta lima persen pengusaha.

Psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani menjelaskan ada banyak hal yang harus dipertimbangkan ketika anak bercita-cita menjadi Youtuber, baik dari sisi teknologi, kognitif, maupun emosional anak. Dari sisi teknologi, setidaknya orang tua dan anak harus paham fitur konten, misalnya bisa mematikan komentar warganet supaya komentar lebih positif.

Sementara itu, dari sisi emosional, sangat penting anak mematangkan dirinya agar tak gampang menyerah. Anak perlu memahamoi bahwa semua butuh berproses, mulai dari bikin konsep hingga menjadi sebuah produk yang layak ditayangkan.

"Itu proses. Dari situ anak belajar bersabar," ujar psikolog yang akrab disapa Nina dalam acara webinar Mydoremi: "Ayah Bunda Dukung Anak Berkreasi di Dunia Digital, Yuk" belum lama ini.

Sisi kognitif tak kalah pentingnya. Bagaimana anak berkreasi dan mematangkan idenya.

"Berarti, orang tua akan perlu kemampuan menggali ide anak," ujarnya.

Nina menjelaskan untuk memiliki akun, anak harus berusia minimum usia 13 tahun, menurut aturan media sosial. Artinya anak-anak dibawah usia itu harus pakai akun yang diketahui orang tua.

"Orang tua perlu terlibat dalam prosesnya."

Bagaimana dengan anak yang masih kecil, yang berusia dibawah lima tahun? Menurut Nina, anak boleh saja menjadi youtuber, bukan konten yang berisi sesuatu yang spontan dan ditayangkan untuk publik luas atau umum. Anak perlu diajarkan kemudian dilatih terlebih dahulu.

"Bukan tampilkan yang spontan. Ketika tayangan dibuat secara umum banyak reaksi muncul. Tidak berharap reaksi buruk bisa menetralkan ya dengan mencoba mengaktifkan apa yang akan ditayangkan," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement