REPUBLIKA.CO.ID., ISTANBUL -- Setelah maraknya protes masyarakat dalam beberapa pekan terakhir, China pada Rabu mengumumkan pelonggaran kebijakan "Zero Covid-19" yang diberlakukan scara ketat, termasuk pengurangan syarat tes Covid-19 untuk memasuki tempat-tempat umum.
Komisi Kesehatan Nasional (NHC) China mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mekanisme pencegahan dan kontrol bersama dari Dewan Negara China merilis 10 langkah baru, yang memungkinkan infeksi dengan gejala ringan atau tanpa gejala untuk dikarantina di rumah dan mengurangi persyaratan tes Covid-19 asam nukleat.
Berdasarkan kebijakan terbaru, masyarakat tidak lagi memerlukan hasil tes asam nukleat untuk memasuki tempat umum. NHC mengatakan hasil tes dan kode kesehatan "tidak lagi diperlukan untuk perjalanan lintas wilayah."
Namun, beberapa tempat khusus, termasuk panti jompo, institusi medis, dan sekolah, mungkin masih memerlukan hasil tes tersebut.
Segera setelah berita pelonggaran langkah-langkah pengendalian Covid-19, pasar di negara itu dan Hong Kong bangkit kembali.
China telah mengikuti kebijakan ketat untuk membatasi pergerakan masyarakat, secara paksa membawa orang ke pusat karantina yang dikelola pemerintah, dan mengharuskan orang untuk melakukan beberapa tes sebelum memasuki tempat publik.
Sebelumnya negara ini menutup perbatasan untuk perjalanan internasional, yang baru saja dibuka. Namun, kematian 10 warga dalam kebakaran di dalam sebuah apartemen di provinsi Xinjiang barat juga memicu reaksi protes berantai.
Segera setelah aksi protes dilaporkan di banyak kota, beberapa di antaranya berubah menjadi tindakan kekerasan karena orang-orang frustrasi dengan kebijakan ketat tersebut.
China telah mengonfirmasi 345.529 kasus Covid-19, termasuk 5.235 kematian, sejak kasus pertama virus corona dilaporkan pada Desember 2019.