REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) saat ini masih menetapkan status Level IV atau Awas pada Gunung Semeru di Jawa Timur. Pelaksana Tugas Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid mengatakan, meski aktivitas vulkanik cenderung menurun, namun Gunung Semeru masih berpotensi erupsi awan panas guguran, terutama potensi tinggi terjadi lahar.
"Dalam status Awas, masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 17 kilometer dari puncak," ujarnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (7/12/2022).
Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan. Wilayah itu berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga 19 kilometer. Masyarakat juga diminta tidak beraktivitas dalam radius 8 kilometer dari puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu.
Wahid meminta masyarakat tetap tenang dan terus memantau perkembangan aktivitas vulkanik Gunung Semeru dari sumber yang dapat dipercaya. Saat ini, PVMBG melakukan pemantauan visual, kegempaan, deformasi Gunung Semeru secara terus-menerus 24 jam, termasuk pengecekan suhu endapan awan panas serta terus bersinergi bersama pihak terkait untuk peninjauan giat evakuasi harta benda masyarakat di lokasi terdampak awan panas guguran Gunung Semeru.
Berdasarkan data BNPB, jumlah pengungsi akibat awan panas guguran Gunung Semeru kini bertambah menjadi 781 jiwa. Salah satu titik pengungsian berada di Gedung Serbaguna Balai Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.