REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Jaringan Mubaligh Muda Indonesia (Jammi) mengingatkan berbagai pihak agar tidak buru-buru menuduh aparat kecolongan terkait bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar, Bandung, Rabu (7/12/2022).
“Dalam suasana batin yang kalut dan kaget disebabkan peristiwa bom bunuh diri di Kota Bandung, Jammi mengimbau agar semua pihak tetap tenang tapi tetap waspada. Ini saatnya untuk saling bersatu dan mendukung aparat bukan saling menyalahkan," kata Koordinator Nasional Jammi Irfaan Sanoesi, Kamis (8/12/2022).
“Kelompok teroris akan tertawa senang melihat kita saling menyalahkan dan menuduh, ini akan semakin menimbulkan kepanikan di kalangan masyarakat," kata dia.
Irfaan mengajak semua pihak untuk melihat kinerja aparat keamanan secara objektif. Menurut dia, publik harus tahu dalam beberapa tahun terakhir, aparat keamanan berhasil meminimalisir aksi teror baik itu terafiliasi kelompok teroris maupun lonewolf. “Sejak awal bulan Desember saja, Densus 88 Antiteror Mabes Polri telah menangkap empat terduga teroris di Kabupaten Sukaharjo," kata dia.
Jauh-jauh hari sebelum itu, lanjutnya, para pihak terkait telah bekerja keras mengamankan sekaligus menyukseskan berbagai event besar yang dilaksanakan di Indonesia dari tindakan teroris. Dia memberikan contoh event KTT G20 yang diselenggarakan, 15-16 November 2022 di Bali terselenggara dengan baik, lancar dan aman dari gangguan teror.
Jammi menyinggung deradikalisasi yang menjadi program BNPT telah banyak memberikan kontribusi terhadap pencegahan aksi teror di Indonesia. Hal itu dibuktikan puluhan napiter yang kembali ikrar setia terhadap Pancasila dan NKRI. Termasuk di dalamnya KH. Abu Bakar Baasyir.
Jammi menegaskan bahwa lrogram deradikalisasi itu sifatnya voluntary - sukarela. Jadi BNPT dan aparat tidak bisa memaksa seorang narapidana terorisme untuk mengikuti program deradikalisasi.
“Jika kita melihat dari tindakan yang dilakukannya, maka bisa dipastikan pelaku ini tidak mengkuti atau masih merah program deradikalisasinya. Pencegahan terus dilakukan, tapi kita tidak bisa mengetahui isi kepala atau jalan pemikiran setiap orang warga Indonesia,” ujar dia.
Kapolri pun telah mengonfirmasi bahwa pelaku bom bunuh diri masih dikategorikan merah. Artinya dia menolak untuk ikut program deradikalisasi selama di lapas.
“Padahal dari program deradikalisasi ini, para napiter mendapatkan pembinaan dan pemberdayaan sehingga banyakbyang kembali setia pada NKRI. Mereka diberdayakan agar kuat secara ekonomi serta mandiri. Kemudian mampu menjadi corong narasi kebangsaan melawan narasi sesat atas nama agama,” kata dia.
Dalam pandangan Jammi, tafsir tekstual dan eksklusif menjadi akar masalah untuk pembenaran melakukan kekerasan atas nama agama. Padahal agama ruhnya adalah welas asih.
"Kalau dilihat berdasarkan data, kejadian teror di Bandung korbannya semua muslim. Bahkan salah satu korban dari pihak polisi, anaknya di pesantren. Begitu juga korban luka-luka kebanyakan muslim," kata dia.
Sementara itu, Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar menegaskan bahwa tak boleh ada ruang bagi ideologi kekerasan bertumbuh kembang di Indonesia.
"Kita harus berupaya maksimal, tidak ada ruang ideologi-ideologi berbasis kekerasan ini berada di lingkungan kita," kata Kepala BNPT di Jakarta, seperti dilansir dari Antara.