Kamis 08 Dec 2022 18:15 WIB

Arab Saudi dan China Sepakati 34 Perjanjian Investasi

Perjanjian itu cerminkan keinginan Saudi untuk kembangkan hubungan dengan China

Rep: Kamran Dikarma / Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Presiden China Xi Jinping, 1 kanan, disambut oleh Pangeran Faisal bin Bandar bin Abdulaziz, Gubernur Riyadh, setelah kedatangannya di Riyadh, Arab Saudi, Rabu, 7 Desember 2022.
Foto: Saudi Press Agency via AP
Presiden China Xi Jinping, 1 kanan, disambut oleh Pangeran Faisal bin Bandar bin Abdulaziz, Gubernur Riyadh, setelah kedatangannya di Riyadh, Arab Saudi, Rabu, 7 Desember 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi dan China telah menandatangani 34 perjanjian investasi. Serangkaian perjanjian itu diteken tak lama setelah Presiden China Xi Jinping memulai lawatan tiga harinya ke negara tersebut.

Menurut laporan Saudi Press Agency (SPA), sebanyak 34 perjanjian investasi itu ditandatangani Saudi dan China pada Rabu (7/12/2022) malam, beberapa jam setelah kedatangan Xi di Riyadh. Kerja sama mencakup beberapa sektor antara lain energi hijau, hydrogen hijau, energi fotovoltaik, teknologi informasi, layanan cloud, transportasi, logistik, industri medis, pabrik perumahan, dan konstruksi.

Menteri Investasi Arab Saudi Khalid bin Abdulaziz al-Falih mengungkapkan, serangkaian perjanjian itu mencerminkan keinginan Saudi untuk mengembangkan hubungan dengan China, terutama di bidang ekonomi dan investasi. Menurutnya, Riyadh dan Beijing memiliki relasi dan kemitraan yang kuat. Selama beberapa tahun terakhir, kerja sama bilateral kedua negara mengalami pertumbuhan.

“Kerja sama praktis antara kedua negara membuahkan hasil yang bermanfaat di (berbagai) bidang,” ucap al-Falih, dikutip laman Al Arabiya.

Sebelumnya SPA sempat melaporkan bahwa Saudi dan China akan menandatangani lebih dari 20 perjanjian awal senilai hampir 30 miliar dolar AS selama lawatan Xi ke negara tersebut. Sementara itu, Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan, negaranya akan tetap menjadi mitra energi terpercaya Negeri Tirai Bambu.

Pangeran Abdulaziz mengungkapkan, kerja sama antara China selaku konsumen energi terbesar di dunia dan Saudi sebagai pengekspor minyak utama dunia telah membantu menjaga stabilitas pasar minyak global.

“Kerajaan (Saudi) akan tetap, di bidang ini (energi), menjadi mitra terpercaya dan andal bagi China,” ujarnya saat diwawancara SPA pada Rabu lalu.

“China telah menjadi tujuan utama ekspor minyak Kerajaan Arab Saudi sebagai bagian dari volume tinggi pertukaran perdagangan antara kedua negara, yang terus tumbuh setiap tahun selama lima tahun terakhir,” ujar Pangeran Abdulaziz menambahkan.

Xi Jinping tiba di Riyadh pada Rabu lalu. Dia diagendakan berada di Saudi selama tiga hari dan akan berpartisipasi dalam tiga konferensi tingkat tinggi (KTT). Ini merupakan kunjungan pertama Xi ke Saudi sejak 2016. Lawatannya kali ini merupakan pemenuhan undangan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud.

Terdapat tiga KTT yang akan dihadiri oleh Xi selama lawatannya ke Saudi. Pertama yakni Saudi Arabia-China Summit. Raja Salman memimpin langsung pihak Saudi dalam KTT tersebut. Penguatan kerja sama bilateral menjadi isu utama yang dibahas dalam konferensi bilateral itu.

Dua KTT lainnya yang bakal diikuti Xi adalah China-Arab States Summit dan China-Gulf Cooperation Council (GCC) Summit. Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Cina Mao Ning mengatakan, lewat dua KTT tersebut, Beijing berharap dapat meningkatkan solidaritas dan kerja sama dengan dunia Arab.

“Ini akan menjadi acara diplomatik terbesar dan tingkat tertinggi antara China dan dunia Arab sejak berdirinya Republik Rakyat China. KTT ini akan menjadi tonggak penting dalam sejarah hubungan China-Arab,” ucap Mao dalam pengarahan pers, Rabu, dikutip laman resmi Kemenlu China.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement