REPUBLIKA.CO.ID, LIMA - Peru melantik wakil presidennya Dina Boluarte sebagai presiden Peru beberapa jam setelah pendahulunya Pedro Castillo ditangkap pihak berwenang usai pemakzulan, Rabu (7/12/2022) malam waktu setempat. Boluarte (60 tahun) dilantik sebagai presiden hingga tahun 2026. Ia menjadi presiden perempuan pertama yang memimpin Peru.
Pemimpin sayap kiri Pedro Castillo ditangkap setelah digulingkan dari jabatannya dalam sidang pemakzulan. Ia melakukan upaya terakhirnya untuk mempertahankan kekuasaan dengan niat membubarkan Kongres.
Mengabaikan upaya Castillo untuk menutup badan legislatif melalui dekrit, anggota parlemen memutuskan sidang pemakzulan yang direncanakan sebelumnya. Hasilnya, 101 suara mendukung pencopotannya, enam menentang dan 10 abstain.
Boluarte kemudian menyerukan gencatan senjata politik setelah berbulan-bulan ketidakstabilan. Krisis politik termasuk dua upaya pemakzulan sebelumnya.
Ia juga mengatakan, kabinet baru yang mencakup semua garis politik akan dibentuk. Dia juga mengecam langkah Castillo untuk membubarkan Kongres dan menyebutnya sebagai percobaan kudeta.
Kementerian publik mengatakan pada Rabu malam bahwa Castillo telah ditahan karena dituduh melakukan kejahatan "pemberontakan" dan "konspirasi" karena melanggar tatanan konstitusional. Outlet televisi menunjukkan Castillo meninggalkan kantor polisi dan melaporkan dia akan dipindahkan ke penjara yang dikelola polisi.
Castillo sebelumnya mengatakan dia akan menutup sementara Kongres. Ia menegaskan akan meluncurkan pemerintahan pengecualian dan menyerukan pemilihan legislatif baru.
Peru telah mengalami kekacauan politik selama bertahun-tahun. Banyak pemimpin dituduh melakukan korupsi, dan upaya pemakzulan yang sering hingga masa jabatan presiden yang dipersingkat.
Pertarungan hukum terbaru dimulai pada Oktober, ketika kantor kejaksaan mengajukan gugatan konstitusional terhadap Castillo. Ia diduga memimpin "organisasi kriminal" untuk mendapatkan keuntungan dari kontrak negara dan menghalangi penyidikan.
Pekan lalu, Kongres memanggil Castillo untuk menanggapi tuduhan ketidakmampuan moral untuk memerintah. Castillo menyebut tuduhan itu fitnah oleh kelompok yang berusaha mengambil keuntungan dan merebut kekuasaan yang diambil rakyat dari mereka di tempat pemungutan suara.