Kamis 08 Dec 2022 19:09 WIB

Kisah Perjalanan Ayu dari Desa ke Istana Bersama Program Kampus Mengajar

Ayu sempat menjadi korban perundungan di sekolahnya.

Rep: Kampus Republika/ Red: Partner
.
Foto: network /Kampus Republika
.

Ayu Sabrina beserta peserta Program Indonesia Mengajar diterima Presiden Jokowo di Istana Negara beberapa waktu lalu. Foto : ditjen dikti
Ayu Sabrina beserta peserta Program Indonesia Mengajar diterima Presiden Jokowo di Istana Negara beberapa waktu lalu. Foto : ditjen dikti

Kampus—Program Kampus Mengajar memberikan peningkatan kompetensi kepada peserta mahasiswa maupun kemampuan literasi dan numerasi peserta didik di sekolah sasaran. Ayu Sabrina adalah salah seorang alumni program Kampus Mengajar angkatan pertama yang merasakan dampak program ini. Perjalanan Ayu bersama Program Kampus Mengajar mengantarkannya bertemu Presiden Jokowi di Istana Negara.

Kampus Mengajar merupakan salah satu program implementasi kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Sudah lebih dari 70 ribu mahasiswa berhasil diterjunkan ke 15 ribu Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia melalui program ini.

Ayu, sapaan akrab Ayu Sabrina, merupakan satu dari beberapa peserta program MBKM yang pernah diundang dan berbincang secara langsung dengan Presiden RI Joko Widodo dan Mendikbudristek RI Nadiem Anwar Makarim pada tahun 2021. Namun, perjalanan Ayu menuju istana ternyata diiringi banyak kisah menarik.

Ayu lahir di salah satu desa pedalaman Provinsi Jambi. Ayu kecil merasakan sulitnya akses pendidikan. Namun karena bakatnya, Ayu mendapatkan beasiswa untuk bisa belajar di salah satu sekolah swasta di sana.

Titik balik ketertarikan Ayu dalam dunia pendidikan terjadi ketika dia dan keluarganya pindah dari Jambi ke Semarang, Jawa Tengah. Ayu melihat ketimpangan yang sangat besar, khususnya pada akses pendidikan serta ketersediaan tenaga pendidik.

“Semua akses di Semarang sangat berbeda dengan yang ada di pedalaman Jambi. Di Semarang, aksesnya terasa lebih mudah. Kemudian juga pembelajarannya jauh lebih baik. Karena itu, saya bertanya pada diri sendiri, kenapa ada perbedaan tersebut ?” kata Ayu seperti dilansir laman Ditjen Dikti.

Meskipun akses pembelajaran di Semarang jauh lebih baik dari sebelumnya, namun Ayu merasakan tekanan lain di mana dia juga sempat menjadi korban perundungan di sekolahnya. “Saya dirundung karena pada waktu itu saya tidak punya rasa percaya diri dalam public speaking. Bahkan berbicara dengan lawan bicara saja saya sudah gemetar,” jelasnya.

Sejak saat itu, Ayu menjadi tertantang untuk terus mengasah kemampuan public speakingnya. Pada saat yang bersamaan dia juga mulai aktif mengikuti berbagai kegiatan sosial. Hingga akhirnya Ayu mendapatkan informasi mengenai pembukaan pendaftaran program Kampus Mengajar angkatan pertama.

“Saya mengikuti salah satu kegiatan sosialisasinya dan merasa terpanggil untuk ikut terlibat dalam masa pemulihan pendidikan pasca pandemi Covid-19. Tanpa pikir panjang saya langsung mendaftar dan Alhamdulilah diterima sebagai peserta yang ditugaskan di SDN Kuwarasan 1, Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang,” ceritanya.

Melalui program Kampus Mengajar, Ayu terkejut karena ternyata di daerah Jawa pun masih ada sekolah yang membutuhkan bantuan. Hal ini tentu kontradiktif dengan pandangannya sejak kecil. Ketika bertugas, Ayu menceritakan bahwa anak-anak yang terdampak pandemi terlihat kesulitan dalam belajar, khususnya karena selama pelaksanaan Pelaksanaan Jarak Jauh (PJJ) orang tua mereka tidak mendampingi secara penuh waktu karena harus bekerja.

Oleh sebab itu, Ayu dan teman-teman kelompoknya merencanakan berbagai program asistensi pembelajaran yang inovatif dan juga menyenangkan untuk mengejar learning loss yang dialami oleh para murid. Sementara itu, Ayu memiliki program individu berupa kelas public speaking. Program tersebut berangkat dari pengalamannya dan bertujuan untuk membangun kepercayaan diri para peserta didik di sekolah penugasan.

Berbagai program yang dijalankan oleh Ayu dan kawan-kawannya mendapat sambutan hangat dari pihak sekolah. Secara bersamaan, dampak yang diberikan oleh Ayu membuatnya berhasil menerima undangan untuk secara langsung berbincang dengan Presiden RI dan Mendikbudristek RI.

Ayu juga bercerita bahwa setelah perbincangan di istana tersebut, Mendikbudristek menyampaikan secara pribadi apresiasinya atas kemampuan public speaking Ayu dalam menceritakan pengalamannya di hadapan Presiden RI. Akhirnya, kekurangan Ayu yang dulu sempat menjadi bahan perundungan kini berhasil mengantarkannya ke Istana.

Baca juga :

Kampus Mengajar Angkatan 4 Dibuka untuk 15 Ribu Mahasiswa, Ini Persyaratannya

Kesempatan untuk Praktisi dan Perguruan Tinggi, Kemdikbudristek Buka Program Praktisi Mengajar 2022

Kemdikbudristek Buka Program PKL untuk Mahasiswa, Yuk Ikutan

Kemdikbudristek Buka Pendaftaran Mahasiswa Pendamping KLS, Dikonversi Magang 20 SKS

Beasiswa Pendidikan 2022 Dibuka, Klik Link beasiswa.kemdikbud.go.id/

Kemkominfo Tawarkan Beasiswa S2 Luar Negeri, Ini Persyaratannya

Mau Berburu Beasiswa Tahun 2022 ? Ini Linknya

Ikuti informasi penting dari kampus.republika.co.id. Silakan memberi masukan, kritik, dan saran melalui e-mail : kampus.republika@gmail.

sumber : https://kampus.republika.co.id/posts/191804/kisah-perjalanan-ayu-dari-desa-ke-istana-bersama-program-kampus-mengajar
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement