REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengungkapkan survei terbaru terkait kedekatan parpol dan elitnya kepada pemilih jelang tahun politik 2024. Hasilnya, masih banyak elite partai yang minim kepedulian dan rasa senasib sepenanggungan dengan kondisi rakyat saat ini.
Pendiri SMRC yang juga pengamat politik Saiful Mujani mengatakan kedekatan dengan rakyat merupakan kriteria terpenting bagi publik untuk tokoh-tokoh politik. Menurut Saiful, persepsi publik atas tokoh atau elite partai politik adalah salah satu cara memahami hubungan antara pemilih dan partai politik.
Saiful menjelaskan dalam studi ini, penilaian masyarakat pemilih terhadap tokoh-tokoh partai biasanya menggunakan beberapa kriteria tentang kualitas tokoh atau elite politik. Di antara yang sering dipakai adalah empati dan care.
"Seberapa care tokoh-tokoh tersebut terhadap pemilih atau rakyat. Biasanya konsep care dan peduli tersebut diterjemahkan dengan dekat dengan rakyat," terangnya, Kamis (8/12/2022).
Kriteria kedua, jelas Saiful, adalah integritas. Hal ini diterjemahkan dalam seberapa bersih politisi dari korupsi.
Kriteria ketiga adalah seberapa taat dalam beragama. Dalam konteks Indonesia, menurut Saiful, agama masih sangat penting dan sering masuk dalam analisis faktor yang berpengaruh pada pemilih.
Kriteria keempat berkaitan dengan kompetensi. Kompetensi diterjemahkan dalam kepintaran, berwawasan luas, bisa mengatasi masalah, dan sebagainya.
Di antara empat kriteria tersebut, mana yang paling penting dimiliki oleh orang partai, politisi, tokoh, pimpinan, atau wakil rakyat yang maju lewat partai politik. "Dalam survei nasional SMRC pada November 2022, kriteria yang paling penting tokoh partai politik di mata publik adalah bahwa tokoh partai politik itu dipersepsi dekat dengan rakyat," tegas Saiful.
Ada 37 persen yang menyatakan kriteria paling penting dari tokoh politik adalah dekat dengan rakyat. "Kriteria terpenting kedua adalah bersih dari korupsi, 26 persen. Taat pada agama 16 persen. Sementara pintar atau berwawasan luas 14 persen," imbuhnya.
Dari data ini, Saiful menyimpulkan, bahwa aspek kepintaran dan taat agama tidak begitu penting di mata pemilih. "Yang terpenting adalah dekat dengar rakyat dan bersih dari korupsi. Dua aspek ini dinilai paling penting oleh 63 persen pemilih," katanya.
“Itu (dekat dengan rakyat dan bersih dari korupsi) adalah modal yang paling penting kalau seorang politisi mau mendapatkan pengaruh di dalam masyarakat. Setidak-tidaknya warga memiliki gambaran bahwa orang ini punya kepedulian pada masyarakat dan memiliki integritas atau bersih dan tidak punya trackrecord korupsi,” kata Saiful menambahkan.
Kedekatan dengan rakyat, menurut Saiful, bentuknya bisa bermacam-macam. Misalnya, ramah atau sering memberi, bersedekah, dan lain-lain. Karena itu, biasanya ketika bersosialisasi, para politikus melakukannya dengan bagi-bagi sembilan bahan pokok (sembako).
Hasil survei yang digunakan dalam studi ini dilakukan secara tatap muka pada 5-13 November 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah Berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1.220 responden. Response rate sebesar 1.012 atau 83 persen. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen (asumsi simple random sampling).