Jumat 09 Dec 2022 08:03 WIB

Arab Saudi dan China Perdalam Hubungan Strategis

Arab Saudi tandatangani "kesepakatan kemitraan strategis komprehensif" dengan China.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
 Foto selebaran yang disediakan oleh Pengadilan Kerajaan Saudi menunjukkan Raja Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud (kanan) menyambut Presiden China Xi Jinping (kiri) menandatangani dokumen selama kunjungannya di Riyadh, Arab Saudi, Kamis, 8 Desember 2022. Presiden China Xi Jinping aktif kunjungan kerja tiga hari ke Arab Saudi, dalam rangka memperkuat hubungan kedua negara, serta pertemuan puncak dengan anggota Dewan Kerjasama Teluk dan pertemuan puncak China-Arab yang lebih luas.
Foto: EPA-EFE/BANDAR ALJALOUD
Foto selebaran yang disediakan oleh Pengadilan Kerajaan Saudi menunjukkan Raja Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud (kanan) menyambut Presiden China Xi Jinping (kiri) menandatangani dokumen selama kunjungannya di Riyadh, Arab Saudi, Kamis, 8 Desember 2022. Presiden China Xi Jinping aktif kunjungan kerja tiga hari ke Arab Saudi, dalam rangka memperkuat hubungan kedua negara, serta pertemuan puncak dengan anggota Dewan Kerjasama Teluk dan pertemuan puncak China-Arab yang lebih luas.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi dan China memperdalam hubungan dengan serangkaian kesepakatan strategis termasuk perjanjian dengan raksasa teknologi Huawei. Kesepakatan-kesepakatan itu ditandatangani dalam kunjungan Presiden Xi Jinping ke Arab Saudi.

Raja Salman menandatangani "kesepakatan kemitraan strategis komprehensif" dengan Xi. Presiden China itu disambut dengan mewah di negara yang mencari kemitraan global di luar Barat.

Baca Juga

Mobil yang membawa Xi ke kediaman Raja Salman dikawal Pasukan Berkuda Kerajaan Arab Saudi yang membawa bendera China dan Arab Saudi. Di kediaman Raja Salman, Xi menerima buket bunga.

Xi berbicara dengan penguasa de facto Arab Saudi, Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman yang menyambutnya hangat dengan senyuman. Xi mengatakan "era baru" hubungan dengan Arab.

Sambutan mewah ini sangat kontras dengan sambutan sederhana Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden ke Arab Saudi bulan Juli lalu. Hubungan AS dengan penghasil minyak terbesar di dunia itu merenggang karena kebijakan energi dan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Amerika Serikat dengan hati-hati mengawasi semakin kuatnya pengaruh China di Arab Saudi sementara hubungannya dengan penghasil minyak itu semakin buruk. AS mengatakan kunjungan Xi merupakan contoh China mencoba memperkuat pengaruhnya di seluruh dunia.

Washington menegaskan kunjungan ini tidak mengubah kebijakan AS di Timur Tengah. Arab Saudi menandatangani memorandum pada teknologi komputasi awan dan pembangunan kompleks teknologi canggih dengan Huawei Technologies.

Walaupun AS tidak nyaman sekutu-sekutunya di Teluk Arab menggunakan teknologi China. Huawei berpartisipasi pembangunan jaringan 5G di sebagian besar negara Teluk meski AS sudah memberi peringatan resiko keamanan.

Pangeran Mohammed bin Salman kembali ke panggung dunia setelah pembunuhan Khashoggi. Ia menentang desakan AS mengenai pasokan minyak dunia dan membantu mengisolasi Rusia.

Sebagai upaya menguatkan kredensial internasionalnya Pangeran Mohammed dan Uni Emirat Arab mengatakan ia dan presiden UEA turut memediasi upaya pembebasan atlet basket AS Brittney Griner. Untuk ditukar dengan tahanan asal Rusia.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement