REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Serikat kerja dan pegawai Apple di Australia mengatakan ratusan karyawan bersiap menggelar mogok kerja menjelang Natal untuk menuntut kondisi kerja dan upah yang lebih baik. Langkah ini tampaknya akan memengaruhi penjualan dan layanan iPhone di Australia.
Protes sekitar 200 dari 4.000 pegawai Apple di Australia digelar saat raksasa teknologi Amerika Serikat (AS) sedang terganggu oleh protes buruh di pusat pabrik iPhone di China.
Serikat Pekerja Makanan Cepat Saji dan Ritel Australia (RAFFWU) meminta Apple Inc untuk memperbaiki jam kerja, libur dua hari dalam satu pekan dan menyepakati kenaikan upah tahunan.
"Mogok kerja Natal ini jalan anggota kami untuk mendapatkan kembali waktu bersama keluarga dan teman mereka sementara manajemen terus menolak memberi hak-hak buruh yang paling dasar," kata Sekretris RAFFWU, Jumat (9/12/2022).
Ia menambahkan manajemen akan mendapatkan notifikasi mogok kerja ini pada Senin (12/12/2022). Ia mengatakan upaya membawa manajemen ke meja negosiasi pada pekan ini gagal. Apple menolak bertemu sampai bulan Februari.
Mogok kerja akan digelar di outlet-outlet ritel Apple pada pukul 15.00 pada 23 Desember mendatang sampai Malam Natal. Tepat di puncak penjualan iPhone, jam tangan dan produk-produk Apple lainnya.
Aksi ini akan dilakukan di seluruh negeri tapi dua ritel Brisbane dan satu di Adelaide dan satu di Newcastle yang akan paling terdampak. Juru bicara Apple menolak memberikan komentar mengenai negosiasi tapi mengatakan perusahaan "bangga memberikan hadiah pada tim kami yang bernilai di Australia dengan kompensasi dan keuntungan yang besar."
Pada Juni tahun ini buruh Apple di Maryland menjadi pegawai ritel pertama raksasa teknologi itu yang memiliki serikat di AS. Pada Kamis (8/12/2022) kemarin serikat mengumumkan tanggal dimulai negosiasi dengan Apple.
Bulan Oktober lalu pekerja Apple menggelar mogok kerja satu hari penuh dan aksi walkout satu jam di bulan yang sama.
"Anda tidak bisa memberikan harga pada keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi," kata salah satu pekerja yang akan ikut aksi mogok kerja tapi tidak bersedia disebutkan namanya karena khawatir menjadi incaran manajemen.