Jumat 09 Dec 2022 17:11 WIB

IMF Puji Keputusan China Longgarkan Kebijakan Nol-Covid

Pelonggaran kebijakan nol-Covid akan merangsang pertumbuhan ekonomi China.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Orang-orang yang memakai masker berjalan melalui pusat perbelanjaan terbuka yang dibuka kembali di Beijing, Minggu, 4 Desember 2022. China pada hari Minggu melaporkan dua kematian tambahan akibat COVID-19 karena beberapa kota bergerak dengan hati-hati untuk melonggarkan pembatasan anti-pandemi di tengah frustrasi publik yang semakin vokal atas langkah-langkah.
Foto: AP Photo/Andy Wong
Orang-orang yang memakai masker berjalan melalui pusat perbelanjaan terbuka yang dibuka kembali di Beijing, Minggu, 4 Desember 2022. China pada hari Minggu melaporkan dua kematian tambahan akibat COVID-19 karena beberapa kota bergerak dengan hati-hati untuk melonggarkan pembatasan anti-pandemi di tengah frustrasi publik yang semakin vokal atas langkah-langkah.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva memuji langkah China memperlunak kebijakan nol-Covid yang sebelumnya sangat ketat. Menurutnya, hal itu akan merangsang pertumbuhan ekonomi di negara tersebut.

“Kami sangat menyambut baik tindakan tegas yang diambil otoritas China untuk mengkalibrasi ulang kebijakan Covid guna menciptakan dorongan yang lebih baik bagi kebangkitan pertumbuhan di Cina,” kata Georgieva setelah menghadiri sebuah konferensi di Huangshan bersama Perdana Menteri Cina Li Keqiang, Jumat (9/12/2022), dikutip laman the Straits Times.

Baca Juga

Georgieva menekankan, kinerja China di bidang perekonomian tidak hanya penting bagi negara tersebut. “Hal itu juga penting bagi perekonomian dunia,” ucapnya.

Pada momen yang sama, Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Ngozi Okonjo-Iwaela turut memuji langkah China melonggarkan kebijakan nol-Covid. Menurut dia, hal tersebut akan membantu menghilangkan ketidakpastian di dunia yang sudah terguncang akibat pandemi, perang Ukraina, dan perubahan iklim.

Pada Rabu (7/12/2022) lalu, China telah mengumumkan pelonggaran pembatasan sosial Covid-19 skala nasional. Pembatasan tersebut, termasuk penerapan karantina wilayah (lockdown), diketahui sempat memicu unjuk rasa dan aksi protes di sana.

Di bawah pedoman terbaru yang dirilis Komisi Kesehatan Nasional China, frekuensi dan ruang lingkup pengujian PCR akan dikurangi. “Tes PCR massal hanya dilakukan di sekolah, rumah sakit, panti jompo dan unit kerja berisiko tinggi; ruang lingkup dan frekuensi pengujian PCR akan dikurangi lebih lanjut,” demikian bunyi pedoman baru tersebut, dilaporkan Bloomberg.

Sebelumnya China gencar menggelar tes Covid-19 massal jika menemukan beberapa kasus baru di daerah tertentu. Di bawah pedoman terbaru, warga China juga tak lagi diwajibkan memberikan hasil tes negatif Covid-19 jika ingin bepergian lintas provinsi.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement