Jumat 09 Dec 2022 18:46 WIB

Erdogan Lobi Putin dan Zelensky Agar Akhiri Perang

Erdogan akan berbicara langsung dengan Putin dan Zelensky.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
 Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Foto: AP Photo/Firdia Lisnawati
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, dia akan melanjutkan upayanya mengakhiri konflik Rusia-Ukraina. Erdogan pun berencana melakukan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky akhir pekan ini.

"Untuk menyelesaikan krisis (Rusia-Ukraina) ini, saya akan melakukan pembicaraan dengan Putin pada Ahad (11/12). Demikian juga, akan ada pembicaraan dengan Zelensky," kata Erdogan kepada TRT World Forum di Istanbul, Jumat (9/12), dilaporkan laman Anadolu Agency.

Baca Juga

Erdogan pun hendak memperkuat kesepakatan koridor gandum Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative (BSGI) yang berhasil dicapai Rusia dan Ukraina pada Juli lalu. "Meskipun proses Istanbul tampaknya telah terganggu oleh perkembangan di lapangan, ia tetap menjadi tempat negosiasi yang ideal untuk perdamaian abadi," ucapnya.

BSGI telah berhasil diperpanjang selama 120 hari terhitung sejak 19 November lalu. Pada 2 November lalu, Vladimir Putin memutuskan untuk melanjutkan keterlibatan atau partisipasi negaranya dalam BSGI. Putin mengatakan, Ukraina telah memberikan jaminan kepada negaranya bahwa mereka tidak akan menggunakan koridor gandum untuk tujuan militer.

“Saya telah memberikan instruksi kepada Kementerian Pertahanan untuk melanjutkan partisipasi penuh kami dalam upaya ini. Pada saat yang sama, Rusia berhak untuk menarik diri dari perjanjian ini (BSGI), jika jaminan ini dilanggar Ukraina,” ujar Putin, dilaporkan TASS.

Pada 29 Oktober lalu, Rusia mengumumkan bahwa mereka menangguhkan implementasi kesepakatan BSGI. Hal itu dilakukan setelah sejumlah kapal dan infrastruktur militernya di Sevastopol menjadi sasaran serangan pesawat nirawak Ukraina. BSGI disepakati Rusia dan Ukraina pada 22 Juli lalu di Istanbul, Turki. PBB dan Turki menjadi pihak yang mengawasi proses penandatanganan kesepakatan tersebut.

Lewat BSGI, Moskow memberi akses kepada Ukraina untuk mengekspor komoditas biji-bijiannya, termasuk gandum, dari pelabuhan-pelabuhan mereka di Laut Hitam yang kini berada di bawah kontrol pasukan Rusia. Itu menjadi kesepakatan paling signifikan yang dicapai sejak konflik Rusia-Ukraina pecah pada 24 Februari lalu.

Rusia dan Ukraina merupakan penghasil 25 persen produksi gandum dan biji-bijian dunia. Sejak konflik pecah Februari lalu, rantai pasokan gandum dari kedua negara itu terputus. Ukraina tak dapat melakukan pengiriman karena jalur pengiriman dan pelabuhan-pelabuhan mereka berada di bawah kontrol Rusia. Sementara Moskow tak bisa mengekspor karena adanya sanksi Barat. Hal itu sempat memicu kekhawatiran bahwa dunia bakal menghadapi krisis pangan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement