Sabtu 10 Dec 2022 15:52 WIB

Arab Saudi Isyaratkan Enggan Memihak dalam Persaingan AS-China

AS memperingatkan China sedang memperluas pengaruhnya di Timur Tengah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal Bin Farhan Al Saud. Arab Saudi Isyaratkan Enggan Memihak dalam Persaingan AS-China
Foto: AP/Rahmat Gul
Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal Bin Farhan Al Saud. Arab Saudi Isyaratkan Enggan Memihak dalam Persaingan AS-China

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengisyaratkan negaranya enggan dituntut untuk berpihak dan menjalin kemitraan dengan negara tertentu. Kepentingan nasional menjadi landasan utama bagi Saudi untuk membangun kerja sama dengan negara lain.

“Kami tidak percaya pada polarisasi atau memilih antara satu mitra dan lainnya,” kata Pangeran Faisal setelah menghadiri China-Arab States Summit yang digelar di Riyadh, Jumat (9/12/2022), dilaporkan Al Arabiya.

Baca Juga

 

Selain Presiden China Xi Jinping, konferensi tingkat tinggi (KTT) itu dihadiri pemimpin negara-negara Arab. Menyusul lawatan Xi, Amerika Serikat (AS) sempat memperingatkan China sedang berusaha memperluas pengaruhnya di kawasan Timur Tengah.

 

Terlepas dari peringatan AS, Pangeran Faisal mengatakan Saudi terus menetapkan kebijakannya berdasarkan kepentingannya sendiri. Dia mengungkapkan, saat ini perekonomian Saudi tengah berkembang pesat dan mereka membutuhkan semua mitra yang dapat diajak bekerja sama. “Kami (memiliki) kemitraan strategis dengan (banyak) negara termasuk AS, India, dan China,” ucapnya.

 

Pangeran Faisal mengatakan, bekerja sama dengan ekonomi nomor dua di dunia itu diperlukan. Namun bukan berarti Saudi tidak menjalin kerja sama dengan ekonomi nomor satu di dunia. “Kami memiliki kepentingan bersama dengan AS serta China, dan kami akan terus bekerja untuk mencapainya,” ujar Pangeran Faisal.

 

Xi Jinping melakukan kunjungan selama tiga hari ke Saudi dimulai sejak Rabu (7/12/2022). Lawatannya dimulai dengan penyelenggaraan Saudi Arabia-China Summit. Pihak Saudi dipimpin langsung oleh Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud. Dari konferensi itu, Beijing dan Riyadh berhasil menandatangani 34 perjanjian investasi. Kerja sama mencakup beberapa sektor antara lain energi hijau, hidrogen hijau, energi fotovoltaik, teknologi informasi, layanan cloud, transportasi, logistik, medis, pabrik perumahan, dan konstruksi.  

 

Terdapat dua KTT lain yang dihadiri Xi selama kunjungannya ke Saudi, yakni China-Arab States Summit dan China Gulf Cooperation Council (GCC) Summit. Perhelatan dua KTT itu menjadi penanda keinginan Beijing mempererat hubungan dan kerja sama dengan negara-negara Arab serta Teluk.

 

Menyusul kunjungan Xi, AS menuding China berusaha memperluas pengaruhnya ke Timur Tengah. “Kami memperhatikan pengaruh yang coba dikembangkan China di seluruh dunia. Timur Tengah tentu saja merupakan salah satu kawasan di mana mereka ingin memperdalam tingkat pengaruhnya,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby saat ditanya awak media tentang kunjungan Xi ke Saudi, Rabu (7/12/2022) lalu. 

Menurut dia, upaya China memperlebar pengaruhnya ke seluruh dunia tidak kondusif bagi tatanan internasional. “Kami percaya bahwa banyak hal yang mereka (China) coba kejar dan cara mereka berusaha mengejarnya tidak kondusif untuk melestarikan tatanan berbasis aturan internasional,” ujar Kirby.

 

Terkait kunjungan Xi ke Saudi, Kirby mengatakan, Riyadh telah menjadi mitra strategis AS selama sekitar 80 tahun. Namun kini Presiden Joe Biden telah memerintahkan peninjauan kembali hubungan bilateral kedua negara. “Ya, setelah keputusan OPEC+ beberapa bulan lalu, kami sedang meninjau hubungan bilateral tersebut dan memastikan bahwa ini paling sesuai dengan kepentingan keamanan nasional Amerika. Pekerjaan itu sedang berlangsung,” ucap Kirby.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement