Sabtu 10 Dec 2022 17:16 WIB

Pemerintahan Baru Netanyahu Dinilai Paling Ekstrem dan Gila dalam Sejarah Israel

Netanyahu meminta perpanjangan waktu dua pekan untuk membentuk pemerintahan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
 Benjamin Netanyahu, mantan Perdana Menteri Israel dan ketua partai Likud, melambai kepada para pendukungnya selama pemilihan nasional, di Ashkelon, Israel, Selasa, 1 November 2022. Pemerintahan Baru Netanyahu Dinilai Paling Ekstrem dan Gila dalam Sejarah Israel
Foto: AP/Tsafrir Abayov
Benjamin Netanyahu, mantan Perdana Menteri Israel dan ketua partai Likud, melambai kepada para pendukungnya selama pemilihan nasional, di Ashkelon, Israel, Selasa, 1 November 2022. Pemerintahan Baru Netanyahu Dinilai Paling Ekstrem dan Gila dalam Sejarah Israel

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Yair Lapid angkat bicara soal susunan pemerintahan Israel mendatang yang bakal dipimpin Benjamin Netanyahu. Menurut Lapid, pemerintahan di bawah kepemimpinan Netanyahu itu menjadi yang paling ekstrem dan gila dalam sejarah Israel.

“Pemerintahan yang akan datang adalah yang paling ekstrem dan gila dalam sejarah negara ini. Netanyahu lemah dan para mitranya lebih muda, lebih bertekad, dan lebih ekstrem darinya, serta telah menaklukkannya tanpa syarat,” tulis Lapid di akun Twitter resminya, Jumat (9/12/2022).

Baca Juga

Meski jabatannya sebagai perdana menteri akan segera berakhir, Lapid berjanji akan tetap berjuang untuk Israel. “Kami tidak menyerah. Kita berjuang untuk negara kita tercinta, untuk demokrasi kita, untuk tentara kita, untuk masa depan anak-anak kita,” kata Lapid.

Pada Kamis (8/12/2022), Benjamin Netanyahu meminta perpanjangan waktu dua pekan untuk membentuk pemerintahan. Tenggat waktu pembentukan pemerintahan seharusnya berakhir pada Ahad (11/12/2022) tengah malam.

"Kami berada di tengah-tengah negosiasi dan telah membuat banyak kemajuan. Namun dilihat dari kecepatannya, saya memerlukan perpanjangan hari yang disediakan oleh undang-undang untuk membentuk pemerintahan," kata Netanyahu dalam surat yang dirilis oleh kantornya, Kamis lalu, dikutip Al Arabiya.

Secara hukum, presiden Israel, yang kini dijabat Isaac Herzog, dapat memberikan perpanjangan waktu hingga 14 hari untuk keperluan negosiasi. Partai Likud yang dipimpin Netanyahu telah menandatangani kesepakatan koalisi dengan tiga partai ekstrem kanan, yakni Religious Zionism, Jewish Power, dan Noam.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement