REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG--Upaya pengembangan energi terbarukan saat ini sedang digiatkan pemerintah sebagai upaya pengganti energi fosil. Hal itu menjadi daya tarik bagi invesor asing untuk menanamkan modalnya di sektor energi ini.
Seperti yang dilakukan perusahaan energi terbarukan asal China, Lesso Banhao yang melakukan ekspansi usaha ke Indonesia untuk mengembangkan pasar energi photovoltaic Terbarukan. Photovoltaic adalah teknologi pengubahan energi dari sinar matahari menjadi energi listrik secara langsung.
Menurut Yu Kundong Manajer Penjualan Luar Negeri Lesso Banhao, pihaknya telah membangun Lesso New Energy Green Business Hall dengan luas sekitar 800 m2 di lantai satu Samanea Hybrid Trade Outlet. Hal ini untuk menciptakan layanan satu atap bisnis energi hijau terbarukan, sehingga lebih banyak pelanggan pra-penjualan dan purnajual dapat mengalami penerapannya.
Yu Kundong mengatakan, alasan Lesso Banhao memilih Samanea Hybrid Trade Outlet sebagai service hall pertama di Asia Tenggara, karena hampir 100 persen proyek ini menggunakan energi hijau yang terbarukan sebagai sumber energinya.
Atap Samanea Hybrid Trade Outlet sepenuhnya akan ditutupi dengan panel tenaga surya, dengan total luas pemasangan sekitar 26.000 meter persegi. "Diperkirakan total pemakaian pembangkit listrik fotovoltaik dalam setahun akan melebihi 6.650.000 kwh," kata Yu Kundong di sela-sela acara penandatanganan kerjasama antara Lesso Banhao dan Samanea Hybrid Trade Outlet, beberapa waktu lalu, di Cikupa, Tangerang, Banten.
Ivy Zhang, General Manager Bisnis Samanea dalam kesempatan yang sama menjelaskan, konsep pengembang Samanea Hybrid Trade Outlet mengintegrasikan elemen energi hijau, ramah lingkungan, dan energi terbarukan, dimana akan dibangun kompleks pertokoan, hotel berbintang internasional, apartemen, ruang pameran, dan pusat siaran langsung.
Dengan kerjasama tersebut, kedua perusahaan asal China ini bertekad meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Mereka mendorong mitra Indonesia untuk mengintegrasikan "faktor energi hijau" ke dalam kehidupan mereka dan bersama-sama membangun peradaban ekologis dan sosial lebih baik.
Pengembangan energi hijau terbarukan Fotovoltaik oleh Lesso Banhao di Samanea Hybrid Trade Outlet sejalan dengan kebijakan pemerintah Indonesia di bidang energi. Sebab pada tahun 2025, Indonesia menargetkan penggunaan energi terbarukan secara nasional sebesar 23%.
Karena itu pada 13 September 2022, Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara resmi menerbitkan Keputusan Presiden No. 112 Tahun 2022, yang meminta untuk menghentikan pemberian izin Pembangkit Listrik Tenaga Batubara dan akan menonaktifkan semua pembangkit listrik tenaga batu bara pada tahun 2050, serta menyerukan lebih banyak investasi untuk membangun pembangkit listrik energi terbarukan.
Yu Kundong menyebutkan, sebagai negara berkembang yang pesat dan terbesar di ASEAN, Indonesia menyumbang 40% dari konsumsi energi di seluruh Asia Tenggara. Selain itu, diperkirakan antara tahun 2015 dan 2030 permintaan akan meningkat sebesar 80%, sedangkan permintaan listrik akan meningkat tiga kali lipat dalam waktu dekat.
"Diantaranya, investasi tahunan saat ini dalam kapasitas energi terbarukan adalah sekitar Rs 131,5 triliun, yang diharapkan tumbuh menjadi Rs 226,6 triliun karena permintaan energi terus meningkat. Dapat dilihat bahwa energi terbarukan merupakan bidang investasi yang sangat menarik," katanya.