Ahad 11 Dec 2022 13:19 WIB

Demonstran Filipina Soroti Peningkatan Jumlah Pembunuhan di Luar Hukum 

Tercatat sudah ada 17 kasus pembunuhan di luar proses hukum di Filipina.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan saat unjuk rasa memperingati Hari Hak Asasi Manusia Internasional, Sabtu, 10 Desember 2022, di dekat istana kepresidenan Malacanang di Manila, Filipina. Ratusan orang berbaris di ibukota Filipina pada hari Sabtu memprotes apa yang mereka katakan sebagai meningkatnya jumlah pembunuhan di luar hukum dan ketidakadilan lainnya di bawah pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos Jr.
Foto: AP Photo/Aaron Favila
Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan saat unjuk rasa memperingati Hari Hak Asasi Manusia Internasional, Sabtu, 10 Desember 2022, di dekat istana kepresidenan Malacanang di Manila, Filipina. Ratusan orang berbaris di ibukota Filipina pada hari Sabtu memprotes apa yang mereka katakan sebagai meningkatnya jumlah pembunuhan di luar hukum dan ketidakadilan lainnya di bawah pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos Jr.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Ratusan orang berbaris melakukan protes di ibu kota Filipina pada Sabtu (10/12/2022). Mereka menyoroti meningkatnya jumlah pembunuhan di luar hukum dan ketidakadilan lainnya di bawah pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos Jr.

Para pengunjuk rasa yang dipimpin oleh kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) yang berbasis di Filipina berkumpul di lapangan umum di Manila sebelum berbaris menuju istana presiden untuk menuntut keadilan bagi para korban. Polisi memperkirakan sekitar 800 pengunjuk rasa ikut serta dalam aksi yang bertepatan dengan Hari HAM Internasional.

Baca Juga

Cristina Palabay dari kelompok hak asasi Karapatan mengatakan, kampanye kontra-pemberontakan pemerintahan Marcos telah terdokumentasi setidaknya 17 kasus pembunuhan di luar proses hukum. Jumlah tersebut di samping empat insiden kekerasan lainnya dengan para korban masih terselamatkan.

Palabay, menyatakan, jumlah tahanan politik terus meningkat, dengan 828 ditahan pada 30 November. Setidaknya 25 dari mereka ditangkap setelah Marcos menjabat pada Juni. "Terlepas dari angka-angka kotor ini, tidak ada keadilan bagi para korban pembunuhan di luar hukum. Budaya impunitas terus memunculkan kepalanya yang buruk," ujarnya.

Penyelenggara aksi mengatakan, pengunjuk rasa di Manila dan bagian lain negara itu termasuk keluarga aktivis yang hilang atau disiksa selama pemerintahan ayah Marcos, diktator terguling Ferdinand Marcos. Peserta demonstran juga termasuk korban HAM di bawah mantan Presiden Rodrigo Duterte yang perang brutalnya terhadap narkoba sedang diselidiki oleh Pengadilan Kriminal Internasional setelah menyebabkan ribuan orang tewas.

Ayah Marcos digulingkan dalam pemberontakan "Kekuatan Rakyat" yang didukung tentara pada 1986 dan meninggal tiga tahun kemudian di pengasingan di Amerika Serikat tanpa mengakui kesalahan apa pun. Padahal dia, keluarganya, dan rekan lainnya mengumpulkan uang sekitar lima miliar hingga 10 miliar dolar AS saat berkuasa.

"Kami datang bersama sebagai keluarga korban dari berbagai rezim dan presiden... Kami telah memastikan bahwa setiap Hari HAM Internasional kami menyerukan keadilan, dan berkomitmen untuk tidak membiarkan pelanggaran yang sama terjadi pada orang lain,” kata ketua kelompok korban HAM Evangeline Hernandez.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement