Ahad 11 Dec 2022 16:13 WIB

Presiden Baru Peru Bentuk Kabinet

Sejumlah mantan pejabat kembali dipanggil untuk mengisi posisi menteri.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
Presiden Peru Dina Boluarte (Tengah) berpose dengan para menteri yang ditunjuknya dalam sebuah upacara di Istana Pemerintah di Lima, Peru, pada 10 Desember 2022.
Foto: EPA-EFE/Paolo Aguilar
Presiden Peru Dina Boluarte (Tengah) berpose dengan para menteri yang ditunjuknya dalam sebuah upacara di Istana Pemerintah di Lima, Peru, pada 10 Desember 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, LIMA -- Presiden baru Peru, Dina Boluarte membentuk kabinet baru pada Sabtu (11/12/2022) waktu setempat. Pembentukan kabinet terjadi di tengah protes massa di seluruh negeri menuntut pemilihan umum (pemilu) baru usai pemakzulan mantan presiden Pedro Castillo.

Boluarte menunjuk mantan wakil menteri keuangan Alex Contreras, yang merupakan pegawai negeri sipil karir dan dianggap memiliki sikap pro pasar, untuk menjabat sebagai menteri ekonomi. Insinyur kimia Oscar Vera akan menjabat sebagai menteri energi dan pertambangan, jabatan penting bagi negara penghasil tembaga itu.

Baca Juga

"Saya telah bekerja keras membentuk kabinet untuk persatuan dan konsolidasi demokrasi yang memenuhi kebutuhan negara," kata Boluarte dalam pidato yang disiarkan televisi, Ahad (11/12/2022).

"Saya menyerukan ketenangan, ketentraman dan kedamaian. Mari kita hindari konflik yang membahayakan persaudaraan kita sebagai orang Peru," ujarnya menambahkan.

Dia juga menunjuk mantan jaksa negara Pedro Angulo sebagai perdana menteri dan diplomat Ana Cecilia Gervasi sebagai menteri luar negeri. Boluarte, seorang pengacara berusia 60 tahun, adalah wakil presiden Castillo sebelumnya. Dia menjadi presiden wanita pertama negara itu dan akan tetap menjabat hingga 2026 jika tidak ada pemilihan baru yang diadakan.

Boluarte mulai menjabat pada Rabu (7/12/2022) setelah Castillo dipecat Kongres dan kemudian ditangkap atas tuduhan pemberontakan. Castillo berusaha membubarkan badan legislatif untuk mencegah pemungutan suara pemakzulannya.

Pengacara Castillo membantah tuduhan tersebut. Ia menyebut penahanan mantan presiden itu ilegal dan sewenang-wenang. Pengacara juga telah meminta suaka di Meksiko.

"Otoritas Meksiko dan Peru sedang berkonsultasi mengenai permintaan tersebut," kata menteri luar negeri Meksiko pada Kamis setelah penahanannya.

Para pengunjuk rasa kini menuntut penutupan Kongres, Massa yang marah juga menuntut negara mengadakan pemilihan yang demokratis ketimbang mengakui Boluarte dan mengizinkannya menyelesaikan masa jabatan Castillo. Mereka juga menuntut agar konstitusi baru disusun.

Tayangan televisi lokal menunjukkan demonstrasi di beberapa kota dan blokade di bagian jalan raya utama di sepanjang pantai Peru sekitar 300 kilometer selatan ibu kota Lima. Beberapa agen transportasi melaporkan bahwa mereka membatasi layanan untuk melindungi penumpang.

Boluarte pada Sabtu menulis di Twitter bahwa bentrokan pada Jumat malam antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan melukai delapan orang, empat di antaranya adalah petugas polisi dan tujuh orang telah ditangkap. Pada Jumat, Boluarte mengatakan dia bersedia untuk membahas pemilihan awal, tetapi mengesampingkan untuk memulai perubahan konstitusi untuk saat ini.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement