REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Militer Israel menggelar latihan mendadak di dekat perbatasan dengan Lebanon, Ahad (11/12/2022). Sebanyak 13 ribu tentara terlibat dalam latihan tersebut.
Militer Israel mengungkapkan, latihan bertajuk “Warm Winter 2” itu dimulai dengan format kejutan dan bakal berlangsung hingga Selasa (13/12/2022). “Sekitar 8.000 tentara dalam dinas reguler dan sekitar 5.000 cadangan, yang direkrut dengan perintah khusus, dari berbagai unit IDF (Pasukan Pertahanan Israel) akan ambil bagian dalam latihan tersebut,” kata militer Israel, dikutip Anadolu Agency.
Militer Israel mengatakan, latihan tersebut bertujuan memperkuat kesiapan unit akhir di IDF dan sistem logistik pendukung untuk peristiwa ledakan serta berbagai skenario di front utara. Menurut surat kabar Maariv, latihan itu digelar di tengah laporan tentang upaya Iran menyelundupkan senjata ke Lebanon dengan menggunakan pesawat sipil.
Pada Kamis (8/12/2022) pekan lalu, otoritas Lebanon membantah laporan yang menyebut adanya pengiriman senjata oleh Iran untuk kelompok Hizbullah melalui Bandara Rafiq Hariri di Beirut. Pada 27 Oktober lalu, Israel dan Lebanon resmi meratifikasi perjanjian batas maritim yang dimediasi Amerika Serikat (AS). Kedua negara menyatakan kepuasan atas kesepakatan bersejarah tersebut.
Presiden Lebanon Michel Aoun menandatangani surat persetujuan kesepakatan di Baada, diikuti dengan penandatanganan Perdana Menteri Yair Lapid di Yerusalem. Lapid memuji kesepakatan batas maritim dengan Lebanon sebagai pencapaian luar biasa. “Tidak setiap hari negara musuh mengakui negara Israel, dalam perjanjian tertulis, dalam pandangan masyarakat internasional,” ucapnya.
Sementara itu, negosiator Lebanon Elias Bou Saab mengatakan, era baru dimulai dengan diratifikasinya perjanjian batas maritim dengan Israel. “Kita telah mendengar tentang Abraham Accords (perjanjian normalisasi diplomatik Israel dengan beberapa negara Arab). Hari ini ada era baru. Itu bisa jadi kesepakatan Amos Hochstein,” ujar Saab.
Amos Hochstein adalah utusan AS yang menengahi kesepakatan antara Israel dan Lebanon. Meski menyatakan puas atas kesepakatan yang diperantarai AS, Michel Aoun telah menyatakan bahwa Lebanon tidak akan melakukan normalisasi diplomatik dengan Israel. Kebijakan luar negeri Lebanon akan dipertahankan. Artinya Lebanon tetap dalam keadaan berperang dengan Israel.
Israel dan Lebanon terakhir kali terlibat dalam konflik terbuka pada 2006. Kedua negara secara resmi tetap berperang, dengan penjaga perdamaian PBB berpatroli di perbatasan darat. Pada 2020, Israel dan Lebanon melanjutkan negosiasi terkait sengketa perbatasan maritim. Pembicaraan sempat terhenti, tapi dihidupkan kembali pada Juni tahun itu.