Senin 12 Dec 2022 09:23 WIB

Erdogan Sampaikan ke Putin Keinginannya Akhiri Konflik Ukraina

Erdogan telah melakukan percakapan via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
 Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberi isyarat saat berbicara dalam konferensi pers di sela-sela KTT Pemimpin G20 di Nusa Dua di Bali, Indonesia pada Rabu, 16 November 2022. Erdogan telah melakukan percakapan via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin
Foto: AP Photo/Firdia Lisnawati
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberi isyarat saat berbicara dalam konferensi pers di sela-sela KTT Pemimpin G20 di Nusa Dua di Bali, Indonesia pada Rabu, 16 November 2022. Erdogan telah melakukan percakapan via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah melakukan percakapan via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Pada kesempatan itu, Erdogan menyampaikan keinginannya untuk membantu mengakhiri konflik di Ukraina.

“Presiden Erdogan menyatakan keinginan tulusnya untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina secepat mungkin,” kata kantor kepresidenan Turki dalam sebuah pernyataan, Ahad (11/12/2022).

Baca Juga

Kendati demikian, Erdogan pun menyampaikan kepada Putin bahwa dia menolak langkah Rusia menganeksasi empat wilayah Ukraina, yakni Luhanks, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia. Erdogan menilai, tindakan tersebut merupakan pelanggaran berat hukum internasional.

Kremlin mengonfirmasi percakapan yang dijalin Erdogan dengan Putin. Menurut Kremlin, Putin dan Erdogan pun sempat membahas tentang penerapan kesepakatan koridor gandum Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative (BSGI). “Kesepakatan itu bersifat kompleks, yang membutuhkan penghapusan hambatan pasokan yang relevan dari Rusia untuk memenuhi permintaan negara-negara paling membutuhkan,” kata Kremlin.

Sebelumnya Erdogan telah menyampaikan bahwa dia akan melanjutkan upayanya mengakhiri konflik Rusia-Ukraina. "Untuk menyelesaikan krisis (Rusia-Ukraina) ini, saya akan melakukan pembicaraan dengan Putin pada Ahad (11/12/2022). Demikian juga, akan ada pembicaraan dengan Zelensky," kata Erdogan kepada TRT World Forum di Istanbul, Jumat (9/12/2022), dilaporkan laman Anadolu Agency.

Erdogan pun hendak memperkuat BSGI yang berhasil dicapai Rusia dan Ukraina pada Juli lalu. BSGI telah berhasil diperpanjang selama 120 hari terhitung sejak 19 November lalu. Pada 2 November lalu, Vladimir Putin memutuskan untuk melanjutkan keterlibatan atau partisipasi negaranya dalam BSGI. Putin mengatakan, Ukraina telah memberikan jaminan kepada negaranya bahwa mereka tidak akan menggunakan koridor gandum untuk tujuan militer.

Pada 29 Oktober lalu, Rusia mengumumkan bahwa mereka menangguhkan implementasi kesepakatan BSGI. Hal itu dilakukan setelah sejumlah kapal dan infrastruktur militernya di Sevastopol menjadi sasaran serangan pesawat nirawak Ukraina. BSGI disepakati Rusia dan Ukraina pada 22 Juli lalu di Istanbul, Turki. PBB dan Turki menjadi pihak yang mengawasi proses penandatanganan kesepakatan tersebut.

Lewat BSGI, Moskow memberi akses kepada Ukraina untuk mengekspor komoditas biji-bijiannya, termasuk gandum, dari pelabuhan-pelabuhan mereka di Laut Hitam yang kini berada di bawah kontrol pasukan Rusia. Itu menjadi kesepakatan paling signifikan yang dicapai sejak konflik Rusia-Ukraina pecah pada 24 Februari lalu.

Rusia dan Ukraina merupakan penghasil 25 persen produksi gandum dan biji-bijian dunia. Sejak konflik pecah Februari lalu, rantai pasokan gandum dari kedua negara itu terputus. Ukraina tak dapat melakukan pengiriman karena jalur pengiriman dan pelabuhan-pelabuhan mereka berada di bawah kontrol Rusia. Sementara Moskow tak bisa mengekspor karena adanya sanksi Barat. Hal itu sempat memicu kekhawatiran bahwa dunia bakal menghadapi krisis pangan. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement