Senin 12 Dec 2022 20:34 WIB

Soal Ancaman Resesi 2023, Indef: Ekonomi Indonesia akan Melambat

Tahun 2023 penuh tantangan bagi pelaku usaha, namun perlu menyikapinya dengan bijak

meskipun pertumbuhan ekonomi global akan mengalami perlambatan di tahun 2023 akibat kenaikan harga energi dan komoditas pangan, namun  ekonomi Indonesia masih tumbuh positif di kisaran 5 persen. Tampak   acara talk show webinar Economic Outlook yang digelar Grant Thornton, akhir pekan silam.
Foto: istimewa
meskipun pertumbuhan ekonomi global akan mengalami perlambatan di tahun 2023 akibat kenaikan harga energi dan komoditas pangan, namun ekonomi Indonesia masih tumbuh positif di kisaran 5 persen. Tampak acara talk show webinar Economic Outlook yang digelar Grant Thornton, akhir pekan silam.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ancaman resesi yang akan di hadapi pada 2023 telah mendorong berbagai kalangan untuk mengambil langkah antisipasi. Melambatnya pertubuhan ekonomi global akibat perang Rusia-Ukraina, perubahan iklim, gangguan stabilitas ekonomi politik di sejumlah kawasan penting, kian terbatasnya sumber energi dan kenaikan harga bahan pangan dituding menjadi penyebab munculnya ancaman itu.

Namun, Ekonom Indef, Ariyo DP Irhamna menilai meskipun pertumbuhan ekonomi global akan mengalami perlambatan di tahun 2023 akibat kenaikan harga energi dan komoditas pangan, namun  ekonomi Indonesia masih tumbuh positif di kisaran 5 persen. Selain itu, neraca perdagangan juga bertahan dalam posisi surplus selama 29 bulan berturut-turut. "Hal tersebut disebabkan karena kinerja ekspor dan impor Indonesia yang tidak terhubung erat dengan ekonomi global sehingga ancaman resesi global terhadap perekonomian Indonesia tidak akan terlalu terasa namun hanya akan melambat," katanya di sela acara talk show webinar Economic Outlook yang digelar Grant Thornton, akhir pekan silam.

Baca Juga

Ditambah dengan ekonomi mitra dagang negara utama Indonesia seperti Tiongkok dan Amerika Serikat pada 2022 Triwulan-II yang tetap mengalami pertumbuhan. Namun, masalah dalam negeri seperti rencana perindahan ibu kota negara (IKN) ke Kalimantan dan kenaikan harga sejumlah kebutuhan pangan, Pemilu 2024,ancaman PHK bisa menjadi persoalan serius apabila tidak ditangani dengan hati-hati. 

Masalah IKN membutuhkan waktu pelaksanaan yang lama dan biaya yang besar. Sebenarnya banyak investor yang berminat, namun mereka masih menunggu perkembangan pemerintahan yang baru hasil Pemilu nanti. "Jelang Pemilu, investor cenderung wait and see, mereka masih melihat siapa yang akan menjadi pemenang dan kebijakan yang akan diambil," katanya.

Alexander Tjahyadi, Assurance Partner Grant Thornton Indonesia menilai tahun 2023 penuh tantangan bagi pelaku usaha, namun perlu menyikapi isu tersebut secara bijak dengan tidak melihatnya sebagai suatu persoalan yang membahayakan namun dapat menjadi sebuah peluang. "Resesi global dapat membawa dampak bagi kegiatan usaha di setiap sektor industri, namun isu tersebut dapat disikapi secara bijak. Kami di Grant Thornton selalu membantu perusahaan klien-klien kami dalam menyusun strategi yang tepat dan benar, dengan mengkapitalisasi networking yang baik, serta memaksimalkan sumber daya yang tersedia," katanya. 

Memasuki tahun 2023, pelaku usaha bisa lebih siap menghadapi ketidakpastian perekonomian 2023 dengan berkaca dari tahun sebelumnya, sehingga pelaku usaha dapat mengantisipasi dampak dari moneter, fiskal dan likuiditas, harga bahan baku yang terus meningkat, kurs mata uang asing yang volatile. Sehingga mereka dapat menentukan strategi yang tepat dan make the right decision untuk spending yang cerdas.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement