REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkuat sinergi dan kolaborasi di sektor jasa keuangan untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi di 2023. Sepanjang 2022, kondisi perekonomian Indonesia dinilai masih relatif baik dibanding negara lain di Asia Tenggara.
"Hal ini tercermin dari kinerja intermediasi yang meningkat di perbankan dan piutang pembiayaan yang membaik dan stabil," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, Selasa (13/12).
Sebagai upaya memperkuat sinergi dan kolaborasi, OJK menggelar Dialog Akhir Tahun Anggota Dewan Komisioner OJK dan Industri Jasa Keuangan (IJK) yang berlangsung pada 12-13 Desember 2022 di Semarang.
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk transparansi OJK sebagai regulator kepada IJK sekaligus untuk menerima masukan industri guna persiapan pelaksanaan Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) di awal tahun depan.
Mahendra menambahkan dialog semacam ini akan secara rutin digelar oleh OJK dengan harapan OJK dan IJK dapat secara bersama melihat perkembangan terkini sektor jasa keuangan dan berkolaborasi menghadapi perekonomian yang penuh tantangan di masa mendatang.
Dalam setiap sesi dialog diawali dengan penyampaian paparan terkait arah kebijakan edukasi dan perlindungan konsumen serta penguatan governance dan integritas sektor jasa keuangan. Selanjutnya dilakukan diskusi sektoral yang dipimpin oleh Kepala Eksekutif Pengawas masing-masing sektor.
Hal yang dibahas dalam dialog tersebut meliputi outlook perekonomian Sektor Jasa Keuangan di 2023 dalam perspektif dan perencanaan industri, asesmen kesiapan industri dalam memitigasi pengetatan kebijakan moneter yang dapat meningkatkan risiko likuiditas, usulan kebijakan/ supervisory action yang diharapkan dari OJK, serta pandangan industri untuk meningkatkan national competitiveness.
Ke depan OJK bersama IJK akan terus membangun komunikasi yang lebih efektif dan secara kolaboratif meningkatkan kinerja sektor jasa keuangan untuk terus menjaga stabilitas sistem keuangan yang berkelanjutan.