Tertinggi Nasional, Produksi Gula Jatim Capai 1,1 Juta Ton
Red: Yusuf Assidiq
Buruh tebang mengangkut tebu yang dipanen di kawasan perkebunan Kepanjen, Malang, Jawa Timur. | Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Jawa Timur tercatat sebagai provinsi dengan produksi gula dan tebu tertinggi nasional, menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian tahun 2022.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa memaparkan produksi gula di provinsi yang dipimpinnya mencapai 49,55 persen atau sebanyak 1.192.034 ton dari total produksi gula nasional sebanyak 2.405.907 ton.
"Sedangkan, produksi tebu Jatim tahun 2022 sebanyak 47,65 persen atau setara dengan 17.362.620 ton," katanya, Selasa (13/12/2022).
Gubernur Khofifah menjelaskan produksi tebu di Jatim pada 2022 mengalami peningkatan dibanding 2021 sebesar 14.767.763 ton atau 47,63 persen dari produksi tebu nasional dan menghasilkan gula sebesar 1.087.415 ton.
"Produksi tebu per kabupaten/kota tertinggi di Jatim pada 2022 berasal dari Malang sebanyak 3.102.260 ton. Sedangkan produksi gula tertinggi dihasilkan dari Kabupaten Lumajang sebanyak 2.225.963 ton dan Jombang 1.217.931 ton," ujarnya.
Gubernur Khofifah berharap peningkatan produksi ini dapat menjadikan Jatim sebagai barometer gula nasional. "Peningkatan produksi ini juga menjadi modal bagi Indonesia untuk mewujudkan swasembada gula," kata dia.
Lebih lanjut, gubernur berpesan agar para petani tebu memanfaatkan transformasi digital dalam proses pengolahan hingga menjadi gula.
"Dengan menggunakan sistem digital, tentunya kualitas juga akan ikut meningkat karena lebih produktif dan efisien. Sehingga dapat termonitor mulai dari mencari bibit yang baik, lalu proses panen termasuk transparansi kadar rendemen gula," ujarnya.
Selain itu, Khofifah mengingatkan agar para petani terus merawat komunikasi dan koordinasi dengan beberapa instansi yang memiliki pusat penelitian demi menghasilkan kualitas bibit tebu agar menghasilkan kadar rendemen yang baik.
Menurutnya, jika berasal dari bibit yang baik dan memiliki kualitas baik serta bongkar ratunnya terukur, maka tingkat rendemennya juga akan baik.
"Sekitar 95 persen petani tebu di Jatim adalah petani rakyat. Petani rakyat bisa menjadi pengusaha di bidang bahan baku pergulaan. Untuk itu koordinasi dan sinkronisasi dari para petani tebu rakyat, APTRI, pabrik gula, maupun PTPN harus terkonsolidasi dengan baik," katanya.