REPUBLIKA.CO.ID, oleh Amri Amrullah, Wahyu Suryana
Safari politik yang dilakukan Anies Baswedan belakangan ini dinilai terbukti sangat efektif mengkonversi suara mengambang atau swing voters menjadi pendukungnya. Pengamat politik Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam mengatakan, keberhasilan Anies itu terlihat dari angka elektabilitas di tiga bulan terakhir.
Menurut Umam, Anies bisa dibilang sedang berusaha mengkonversi dua basis pemilik loyal yang menjadi swing voters menjadi pendukungnya. Kedua kelompok itu berasal dari yang pertama segmen kelompok mantan pendukung Prabowo yang merasa kecewa terhadap Prabowo.
Kelompok ini merasa ditinggalkan, merasa dikhianati oleh cara politik Prabowo yang sekarang menjadi bagian koalisi pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Kemudian, lanjut dia, segmen yang kedua adalah pendukung Jokowi di periode pertama antara 2014-2019, tapi kemudian belakangan merasa apa yang dilakukan pemerintahan Jokowi tidak terwakili perjuangan mereka.
"Umumnya kelompok ini adalah kelompok menengah terdidik di masyarakat kita. Mereka memiliki literasi politik yang lebih memadai, sehingga memiliki cara pandang yang lebih kritis terhadap sejumlah kebijakan publik yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan ketika dulu mendukung Jokowi di Pemilu 2014," jelasnya.
Umam menjelaskan, beberapa contoh kebijakan pemerintahan di periode kedua Jokowi yang dianggap cukup bermasalah, misalnya terkait Undang-undang (UU) Minerba, UU Omnibus Law, UU KPK dan terakhir ini dari kalangan masyarakat sipil terkait UU KUHP. Dari semua produk UU itu, kelompok ini menilai ada catatan kemunduran demokrasi yang betul betul terjadi.
"Ini menjadi konsen dari kelompok masyarakat sipil, kelompok menengah terdidik, termasuk kelompok dunia usaha yang belakangan merasa tidak terwakili terutama soal recovery setelah pandemi," ungkapnya.
Maka, irisan-irisan dari elemen elemen ini yang menurut Umam, mampu menciptakan gelombang swing voters yang cukup besar ingin ditangkap oleh Anies. Dan swing voters itulah yang menurut dia, bisa menjelaskan elektabilitas Anies ternyata dalam tiga bulan terakhir sejak September hingga November mengalami akselerasi peningkatan sekitar 5-7 persen.
"Itu sudah terkonfirmasi di dalam data Litbang Kompas dan survei Indikator terakhir, termasuk di partai politik yang mendukung Anies. Mungkin itu yang membuat Anies terus diganjal hingga saat ini," imbuhnya.
Ia memaparkan hasil elektabilitas tiga bulan terakhir itu, sebelumnya memposisikan Ganjar di posisi nomor 1 dan Prabowo nomor 2, kemudian Anies nomor 3. Maka per November 2022, posisi itu mengalami persilangan, yakni Anies menyalip Prabowo di posisi kedua dan mendekati posisi Ganjar di urutan pertama.
"Ganjar memang masih di posisi pertama, tapi di tiga bulan terakhir survei Ganjar alami stagnasi di angka 28 sampai 30 persen, dan itu agak berat untuk naik lagi kalau melihat tren saat ini. Sementara Prabowo disalip oleh Anies dengan dia mengkonversi gelombang swing voters itu, sedangkan Prabowo terus mengalami penurunan elektabilitas," papar Umam.
Pengamat Politik Hendri Satrio menyebut lawan politik Anies Baswedan seharusnya tidak perlu khawatir dengan safari politik yang terus dilakukan mantan gubernur DKI Jakarta itu. Sebab menurut dia, proses pencapresan jelang pemilihan presiden (pilpres) 2024 juga masih jauh, apalagi tiket pencapresan Anies juga belum lengkap.
"Ini prosesnya masih jauh ya. Jadi ini masih dalam tahap perkenalan saja nih mas Anies. Apalagi belum lengkap tiketnya. Jadi masih jauh sekali jadi tidak perlu khawatir lah," kata Hendri Satrio kepada wartawan, Selasa (13/12/2022).
Baca juga : Survei KPN: PDIP dan Gerindra Tertinggi, Pasangan Prabowo-Cak Imin Teratas
Walaupun ia menilai safari politik Anies ini sangat efektif di beberapa daerah. Terbukti dengan berbagai antusias dan sambutan yang cukup besar di berbagai daerah. Karena itu, ia menilai Safari politik atau kunjungan Anies cukup efektif sebagai langkah pengenalan.
"Tapi kalau dibilang efektif atau tidak, ya bisa dibilang ada gunanya dia keliling-keliling, paling tidak untuk memperkenalkan diri. Karena mas Anies kan selama ini dikenal di Jakarta, belum tentu di kenal di berbagai daerah," imbuhnya.