Rabu 14 Dec 2022 10:38 WIB

14.700 Perusahaan Jerman Diprediksi Bangkrut Tahun Ini

Inflasi dan kenaikan suku bunga berdampak pada kesehatan perusahaan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Bank Sentral Eropa berlokasi di dekat sungai Main di Frankfurt, Jerman, Selasa, 13 Desember 2022. Dewan pengatur ECB akan bertemu pada hari Kamis.
Foto: AP Photo/Michael Probst
Bank Sentral Eropa berlokasi di dekat sungai Main di Frankfurt, Jerman, Selasa, 13 Desember 2022. Dewan pengatur ECB akan bertemu pada hari Kamis.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Sekitar 14.700 perusahaan di Jerman diprediksi bangkrut pada akhir tahun ini. Menurut perkiraan lembaga pelaporan kredit, Creditreform, jumlah perusahaan yang bangkrut pasa 2022 meningkat 4 persen dibandingkan 2021. 

"Inflasi yang terus-menerus, kenaikan suku bunga dan biaya energi, serta situasi persaingan yang semakin ketat berdampak pada banyak perusahaan," kata Kepala Penelitian Ekonomi di Creditreform, Patrik-Ludwig Hantzsch, dilaporkan Anadolu Agency, Selasa (13/12/2022).

Baca Juga

Creditreform memperkirakan, tahun depan semakin banyak perusahaan yang gagal membayar utangnya. Hantzsch mengatakan, peningkatan jumlah perusahaan yang bangkrut  adalah moderat. 

"Tetapi kemungkinan ini hanya merupakan awal dari percepatan lebih lanjut dalam aktivitas perusahaan yang gagal bayar utang hingga mengalami kebangkrutan," ujar Hantzsch.

Pada 2021, terdapat 13.993 perusahaan di Jerman yang mengalami kebangkrutan. Untuk menghindari gelombang kebangkrutan atau perusahaan yang gagal bayar utang akibat pandemi, pemerintah Jerman memberikan pengecualian bagi perusahaan-perusahaan tersebut.

Negara dengan ekonomi terbesar Eropa, Jerman, mengirimkan sinyal resesi. Survei kepercayaan bisnis IFO menunjukkan penurunan ekonomi untuk bulan keempat berturut-turut karena inflasi tinggi yang dipicu oleh kenaikan harga gas alam.Indeks pertumbuhan ekonomi yang disusun oleh institut IFO yang berbasis di Munich turun menjadi 84,3 pada September dari 88,5 pada Agustus. Indeks tersebut turun ke level terendah sejak krisis keuangan global lebih dari satu dekade lalu."Harga energi dan komoditas yang tinggi membebani permintaan dan memberi tekanan pada margin keuntungan. Perusahaan tidak lagi dapat membebankan biaya yang lebih tinggi kepada konsumen seperti di bulan-bulan pertama tahun ini," kata Kepala Ekonom Zona Euro di Bank ING, Carsten Brzeski.

Buku pesanan perusahaan menyusut, sementara bisnis yang menggunakan banyak energi, seperti toko roti, menghadapi biaya yang tinggi karena kenaikan harga gas. Tingginya harga energi membuat para pedagang pesimis terhadap kelangsungan bisnis mereka.

Jerman sangat bergantung pada gas alam murah dari Rusia. Moskow telah mengurangi pasokan gas alam sejak sebelum invasi ke Ukraina pada 24 Februari.  

Gas digunakan untuk menghangatkan rumah, menjalankan pabrik, dan menghasilkan listrik.

Para pejabat Eropa mengatakan, pemotongan pasokan gas tersebut merupakan upaya untuk menekan pemerintah agar tidak memberikan dukungan kuat mereka untuk Ukraina. Pemotongan pasokan gas juga merupakan tindakan balasan atas sanksi ekonomi yang dijatuhkan Barat terhadap Rusia.

Para pejabat telah menyiapkan pasokan baru gas cair yang lebih mahal. Pasokan baru ini diangkut dengan sejumlah kapal dari Amerika Serikat (AS). Namun para ahli mengatakan, Eropa masih perlu melakukan upaya serius menjelang musim dingin untuk menghemat gas. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement