Rabu 14 Dec 2022 10:48 WIB

G7 Berjanji Intensifkan Tekanan Ekonomi Terhadap Rusia

G7 juga berusaha menyediakan sistem pertahanan udara yang sangat dibutuhkan Kiev.

Presiden Joe Biden berbicara dalam pertemuan para pemimpin G7 dan NATO di Bali, Indonesia, Rabu, 16 November 2022.
Foto: Doug Mills/The New York Times via AP
Presiden Joe Biden berbicara dalam pertemuan para pemimpin G7 dan NATO di Bali, Indonesia, Rabu, 16 November 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para pemimpin negara Kelompok Tujuh ekonomi besar dunia (G7) pada Senin (12/12/2022) berjanji untuk mengintensifkan tekanan ekonomi pada Rusia di tengah perangnya melawan Ukraina. Negara anggota G7 juga berusaha untuk menyediakan sistem pertahanan udara yang sangat dibutuhkan Kiev karena mereka tidak melihat bukti Moskow berkomitmen untuk upaya perdamaian.

Dalam pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan daring, para pemimpin anggota G7 -- yang meliputi Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa -- juga mengatakan mereka bertekad membantu Ukraina memperbaiki dan mempertahankan infrastruktur energi dan air yang rusak akibat serangan Moskow.

Baca Juga

G7 juga akan membantu Ukraina dalam memenuhi kebutuhan kesiapan musim dinginnya. "Hari ini, kami menegaskan kembali dukungan dan solidaritas kami yang tak tergoyahkan dengan Ukraina dalam menghadapi perang agresi Rusia yang sedang berlangsung dan selama diperlukan," kata pernyataan bersama para pemimpin G7.

Untuk memenuhi kebutuhan penting peralatan militer dalam upaya pertahanan diri Ukraina, pernyataan G7 itu menyebutkan bahwa memasok peralatan pertahanan udara adalah fokus mendesak. Amerika Serikat prihatin dengan meningkatnya kerja sama militer antara Rusia dan Iran.

AS menegaskan bahwa Teheran telah memberi Moskow pesawat nirawak (drone) untuk digunakan di medan perang, termasuk dalam serangan terhadap infrastruktur sipil di Ukraina.

G7 juga akan tetap berkomitmen pada langkah-langkah sanksi terkoordinasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam menanggapi perang Rusia dan akan mempertahankan dan mengintensifkan tekanan ekonomi terhadap Moskow serta mereka yang menghindari tindakan hukuman, menurut pernyataan bersama itu.

"Kami bertekad bahwa Rusia pada akhirnya harus membayar pemulihan infrastruktur penting yang rusak atau hancur akibat perang brutalnya," kata pernyataan G7 itu.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengecam keras serangan Rusia terhadap infrastruktur energi sebagai tindakan yang tidak dapat dibenarkan, menurut Kementerian Luar Negeri Jepang.

Menjelang KTT G7 tahun depan yang akan diadakan di bawah kepresidenan Jepang, para pemimpin negara G7 mengatakan dalam pernyataan mereka bahwa mereka akan tetap bersatu dan berkomitmen untuk upaya menuju masa depan yang damai dan sejahtera bagi semua.

Kishida mengatakan kepada rekan-rekannya bahwa peran G7 telah menjadi lebih kuat dari sebelumnya dan Jepang, sebagai ketua berikutnya, akan mencari keselarasan diantara anggota kelompok itu untuk membantu Ukraina pulih dari perang. G7 terdiri dari Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang dan Amerika Serikat, ditambah Uni Eropa.

Sejak invasi Rusia dimulai pada Februari 2022, G7 telah meluncurkan serangkaian sanksi untuk meminta pertanggungjawaban Moskow atas perang tersebut, termasuk pembekuan aset dan pemutusan Rusia dari sistem pembayaran utama internasional.

Pada awal Desember, batas harga minyak mentah Rusia yang disetujui oleh G7 dan Australia akan diberlakukan dalam upaya terbaru untuk memeras sumber pendapatan utama Moskow untuk perangnya. Batas harga produk minyak bumi Rusia akan mulai berlaku pada awal Februari.

Terkait masalah penanganan perubahan iklim yang dituangkan dalam Perjanjian Paris, para pemimpin G7 mengumumkan pembentukan Klub Iklim internasional dan mengundang negara-negara mitra untuk bergabung. Fokus awal klub itu adalah membuka potensi dekarbonisasi sektor industri, kata dokumen terpisah yang diunggah di situs web Jerman, yang saat ini memegang kepresidenan G7.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement