Rabu 14 Dec 2022 10:50 WIB

Eks Presiden Sangkal Dakwaan di tengah Protes Massa di Peru

Castillo muncul untuk mengajukan banding atas perintah penahanan tujuh harinya.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
 Seorang petugas polisi melemparkan tabung gas air mata ke arah pendukung Presiden terguling Pedro Castillo selama protes di Lima, Peru, Senin, 12 Desember 2022. Kongres Peru memutuskan untuk mencopot Castillo dari jabatannya pada Rabu dan menggantikannya dengan wakil presiden, tak lama setelah itu. Castillo mencoba membubarkan badan legislatif menjelang pemungutan suara yang dijadwalkan untuk mencopotnya.
Foto: AP/Martin Mejia
Seorang petugas polisi melemparkan tabung gas air mata ke arah pendukung Presiden terguling Pedro Castillo selama protes di Lima, Peru, Senin, 12 Desember 2022. Kongres Peru memutuskan untuk mencopot Castillo dari jabatannya pada Rabu dan menggantikannya dengan wakil presiden, tak lama setelah itu. Castillo mencoba membubarkan badan legislatif menjelang pemungutan suara yang dijadwalkan untuk mencopotnya.

REPUBLIKA.CO.ID, LIMA -- Mantan presiden Peru, Pedro Castillo, membantah tuduhan konspirasi dan pemberontakan menyusul pemecatan dan penangkapannya. Castillo muncul di pengadilan pada Selasa (13/12/2022) waktu setempat di tengah protes yang bentrok yang telah menewaskan sekurangnya enam orang.

Castillo muncul dalam sidang pengadilan virtual pada Selasa untuk mengajukan banding atas perintah penahanan tujuh harinya. Namun banding akhirnya ditolak oleh Hakim Cesar San Martin.

Baca Juga

"Saya tidak pernah melakukan kejahatan konspirasi atau pemberontakan," kata Castillo selama persidangan dikutip CNN International, Rabu (13/12/2022).

Ia mengatakan, penahanannya merupakan tindakan sewenang-wenang dan tidak adil. "Saya tidak akan pernah mengundurkan diri dan mengabaikan alasan ini," ujar Castillo mengenakan jaket biru duduk di samping pengacaranya Ronald Atencio.

"Dari sini saya ingin mendesak TNI dan Polri untuk meletakkan senjata dan berhenti membunuh orang-orang yang haus akan keadilan ini. Besok jam 13.42 saya ingin orang-orang saya bergabung dengan saya," katanya sebelum disela oleh hakim.

Sejak pekan lalu, demonstrasi meletus di kota-kota di seluruh negeri untuk mendukung Castillo. Aksi massa terkadang ditandai dengan bentrokan dengan pasukan keamanan Peru.

Kantor Ombudsman Peru mencatat sedikitnya enam orang tewas dalam demonstrasi, termasuk dua anak di bawah umur. "Setidaknya 47 orang dirawat di rumah sakit akibat protes di kota Lima, Apurimac, Huancavelica dan Arequipa," demikian keterangan akun resmi Twitter Kementerian Kesehatan Peru.

Demonstran menyerukan pemilihan umum (pemilu) baru, pembubaran Kongres, dan pembentukan majelis konstituante baru. Presiden baru Peru Dina

Boluarte pada Selasa menyerukan ketenangan untuk dipulihkan. Ia juga mengatakan bahwa dia telah menginstruksikan polisi untuk tidak menggunakan senjata mematikan terhadap pengunjuk rasa.

"Setiap orang memiliki hak untuk memprotes tetapi tidak melakukan vandalisme, membakar rumah sakit, ambulans, kantor polisi, menyerang bandara, (ini) bukan protes biasa, kami telah mencapai ekstrem," kata Boluarte.

Boluarte mulai menjabat pada Rabu (7/12/2022) setelah Castillo dipecat Kongres dan kemudian ditangkap atas tuduhan pemberontakan. Castillo berusaha membubarkan badan legislatif untuk mencegah pemungutan suara pemakzulannya.

Peru telah dilanda ketidakstabilan politik dalam beberapa tahun terakhir. Banyak orang Peru menyerukan perubahan politik, menurut jajak pendapat September oleh Institute of Peruvian Studies. Sebanyak 60 persen dari mereka yang disurvei mendukung pemilihan awal untuk menyegarkan kembali kepresidenan dan Kongres.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement