Rabu 14 Dec 2022 11:53 WIB

Gubernur BI Ingatkan RI Harus Waspada karena Dunia Masih Bergejolak

Ada lima permasalahan global yang perlu dihadapi Indonesia ke depannya.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengingatkan Indonesia harus senantiasa waspada karena dunia saat ini masih bergejolak akibat lima permasalahan global yang perlu dihadapi ke depannya.
Foto: BI
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengingatkan Indonesia harus senantiasa waspada karena dunia saat ini masih bergejolak akibat lima permasalahan global yang perlu dihadapi ke depannya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengingatkan Indonesia harus senantiasa waspada karena dunia saat ini masih bergejolak akibat lima permasalahan global yang perlu dihadapi ke depannya. "Kelima permasalahan ini memang sebagai dampak dari berlanjutnya perang Rusia dan Ukraina, perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China, maupun masih terganggunya mata rantai pasokan global," ujar Gubernur BI PerryWarjiyo dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Jakarta 2023 yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu (14/12/2022).

Ia membeberkan permasalahan pertama adalah pertumbuhan ekonomi dunia yang akan menurun atau slow growth, serta peningkatan risiko resesi di AS dan Eropa. Kemudian permasalahan kedua yaitu inflasi global yang sangat tinggi karena harga energi dan pangan global masih tinggi.

Baca Juga

Permasalahan ketiga, lanjutnya, adalah suku bunga bank sentral global yang tinggi untuk waktu yang lama. Adapun suku bunga Bank Sentral AS, Federal Reserve (Fed), diperkirakan dapat mencapai lima persen dalam merespons inflasi dan kemungkinan akan tetap tinggi selama tahun 2023.

Perry Warjiyo melanjutkan permasalahan keempat yang perlu diwaspadai yakni sangat kuatnya dolar AS yang menimbulkan tekanan atau depresiasi terhadap berbagai mata uang dunia, termasuk rupiah. BI mencatat nilai tukar rupiah sampai dengan 16 November 2022 terdepresiasi 8,65 persen dibandingkan dengan level akhir 2021 (year-to-date/ytd).

Selanjutnya, kata dia, permasalahan kelima adalah cash is the king atau fenomena uang tunai lebih berharga dari instrumen investasi lainnya saat ini. "Para investor global karena tingginya persepsi risiko menarik dananya dari emerging market atau negara pasar berkembang dan memindahkannya ke aset-aset likuid yang tentu saja untuk menghindari risiko," ujar Perry.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement