REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Peradaban silih berganti. Ketika para sarjana Barat mulai menyadari kekuatan ilmu pengetahuan, kejayaan ilmu pengetahuan di dunia Islam melemah.
Puncaknya, keruntuhan Baghdad pada 1258 M meninggalkan dampak besar dalam peradaban Islam. Baghdad adalah wajah peradaban Islam.
JJ Saunders dalam History of Medieval Islam mengatakan, Baghdad merupakan kiblat kehidupan intelektual bangsa Arab. Kota ini tak ubahnya rumah kuno kebudayaan (the ancient home of culture), titik pertemuan kebudayaan Yunani dan Persia.
Keruntuhan Baghdad sontak membuat aktivitas keilmuan kaum Muslim lumpuh. Banyak buku yang dibakar dan dibuang ke Sungai Tigris. Setelah itu, kekuatan-kekuatan politik baru muncul di beberapa wilayah.
Tapi, tradisi intelektual tak pernah sekuat Baghdad lagi. Sejak abad ke-12, Eropa juga sudah mulai memiliki universitas sendiri.
Kendati begitu, tradisi intelektual dan manuskrip Islam telah memberi sumbangan besar bagi keilmuan Barat modern. Abad ke-14, cikal bakal gerakan renaisans lahir di Florence, Italia.
Profesor dari Columbia University, George Saliba, dalam Islamic Science and the Making of European Renaissance, mengungkapkan pengaruh ilmu pengetahuan Islam terhadap gerakan Renaisans.
Saliba dalam buku ini melacak orisinalitas pengetahuan Islam lewat astronomi. Para ilmuwan Barat ditengarai pernah membaca karya-karya ilmuwan Muslim.
Kolonisasi Barat di negara-negara Muslim menjadi jalan perpindahan manuskrip-manuskrip tersebut.
Dalam bukunya, Roman mencatat delapan dari 10 negara yang dia teliti pernah melakukan kolonisasi di negara Muslim.
Prancis memiliki bekas jajahan di Mesir, Turki, dan Afrika Utara. Belanda di Indonesia sedangkan Inggris di anak benua India dan Timur Tengah.
Italia di Afrika Utara, Amerika di negara-negara Teluk, sedangkan Jerman di Turki. Spanyol, lain cerita. Kejayaan Andalusia di Spanyol meninggalkan warisan manuskrip yang tidak sedikit bagi negara Spanyol modern.
Inggris, salah satu negara kolonialis paling berpengaruh dan pemilik manuskrip Islam terbesar, memiliki jejaring dengan berbagai belahan dunia Muslim. Mulai dari Afrika Utara, Ottoman Turki, Mesir, Sudan, Persia, India, Malaya, bahkan Jawa dan Sumatra.
Hubungan yang berlangsung sejak abad ke-17 M ini membuat Inggris menguasai beribu-ribu manuskrip Islam dalam berbagai bahasa Arab. Koleksi itu tersimpan di London, Cambridge, Oxford, Birmingham, Midland, Leeds, Manchester, Glasgow, dan Edinburgh.