REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - China mempercepat vaksinasi orang-orang yang paling rentan untuk mengantisipasi gelombang infeksi Covid-19, Kamis (15/12/2022). Analis memperkirakan jumlah kematian melonjak setelah pelonggaran kebijakan nol Covid.
China mengatakan sekitar 90 persen populasinya telah divaksinasi. Komisi Kesehatan Nasional (NHC) mengumumkan akan meluncurkan suntikan penguat atau booster vaksin Covid-19 kedua untuk kelompok berisiko tinggi dan orang lanjut usia di atas 60 tahun.
Juru bicara NHC Mi Feng mengatakan perlu untuk mempercepat vaksinasi diantara warga terutama untuk yang rentan. Vaksinasi di China telah meningkat dalam beberapa hari terakhir. Data resmi terbaru menunjukkan pemberian 1,43 juta suntikan pada Selasa, jauh di atas angka pada November sekitar 100 ribu 200 ribu dosis sehari.
Secara total, negara tersebut telah memberikan 3,45 miliar dosis vaksin Covid-19. Kendati begitu, mengutip tingkat vaksinasi yang rendah di antara orang tua, satu panti jompo di Shanghai mengatakan bahwa mereka melarang pengunjung dan pengiriman yang tidak penting serta menimbun obat-obatan, alat tes dan peralatan pelindung.
"Kami sedang memeras otak tentang bagaimana memastikan keamanan kakek-nenek Anda," tulis Panti Jompo Yuepu Tianyi dalam sebuah surat yang diposting di halaman akun resmi WeChat.
Beijing sebagian besar kebal terhadap vaksin dan perawatan barat karena mengandalkan suntikan buatan lokal. Pengobatan oral Covid-19 Pfizer (PFE.N) Paxlovid adalah salah satu dari sedikit obat asing yang telah disetujui.
Beijing pada pekan lalu mulai melonggarkan kontrol nol-Covid-nya. Di beberapa wilayah telah mencabut pengujian hingga melonggarkan aturan karantina.
Namun demikian, direktur kedaruratan WHO Mike Ryan mengatakan, infeksi Covid-19 di China meledak jauh sebelum keputusan pemerintah untuk menghentikan kebijakannya yang ketat.
"Ada narasi saat ini bahwa China mencabut pembatasan dan tiba-tiba penyakitnya tidak terkendali," kata Ryan dalam pengarahan di Jenewa.
"Penyakit itu menyebar secara intensif karena saya yakin tindakan pengendalian itu sendiri tidak menghentikan penyakit itu. Dan saya yakin China memutuskan secara strategis bahwa itu bukan pilihan terbaik lagi," imbuhnya.