Jumat 16 Dec 2022 10:18 WIB

Pakar Ingatkan Masyarakat Waspada dengan Subvarian BF.7

Reproduksi subvarian BF.7 dari 1 orang bisa menularkan ke 10 sampai 18 orang.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Mutasi dari varian Omicron masih terus mengancam. Baru-baru ini, China melaporkan penyebaran subvarian Omicron BF.7 yang disebut memiliki kemampuan infeksi paling kuat dari subvarian Omicron di negara tersebut.

 

Baca Juga

Peneliti keamanan dan ketahanan kesehatan global dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menjelaskan subvarian Omicron BF.7 merupakan singkatan dari BA.5.2.1.7 yang merupakan turunan dari varian Omicron BA.5. Kemampuan dari subvarian ini bahkan lebih kuat dibandingkan subvarian Omicron sebelumnya.

 

"Yang perlu diwaspadai dan dikhawatirkan adalah subvarian BF.7 ini mudah mengikat resptor ACE2. Sehingga dia mudah menginfeksi dan memiliki kemampuan luput dari kemampuan antibodi, itulah kemampuan BF.7," ujar Dicky kepada Republika.co.id, Jumat (16/12/2022).

 

Bahkan, sambung Dicky, reproduksi subvarian BF.7 dari 1 orang terinfeksi bisa menularkan ke 10 sampai 18 orang. Padahal tingkat reproduksi varian Omicron rata-rata hanya sampai di angka 5, atau 1 orang terinfeksi akan menularkan maksimal ke 5 orang.

 

"Perhitungan sementara dari kemampuan dia beroproduksi, bisa 10-18 kali. Jadi, kalau dia menginfeksi satu orang bisa dia menularkan ke-10 sampai 18 orang. Ini menjawab kenapa di China banyak terjadi infeksi," ujarnya.

 

Dia meminta masyarakat untuk tetap waspada dengan tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan selama status pandemi belum dicabut. Mengingat saat ini jalur penerbangan internasional sudah kembali aktif, sehingga subvarian tersebut bisa saja menyebar di Indonesia.

 

"Saya kira ini harus menjadi waspada dengan meningkatkan cakupan vaksinasi booster , penerapan 5M, dan tetap menggunakan masker. Menjelang Nataru ini, setidaknya PPKM level 2 untuk kota-kota besar," tegasnya.

 

Dicky menambahkan, kemungkinan besar WHO akan mencabut status pandemi di triwulan pertama 2023. Namun, ia berharap kebiasaan memakai masker di tempat berisiko penularan virus dan kondisi tengah mengidap penyakit, untuk tetap dilakukan.

 

"Jadi masker dipahaminya jangan identik dengan Covid-19, misalnya Covid-19 sudah landai kita lepas, kalau ada orang sakit tetap harus pakai masker, kebiasaan, kesadaran perilaku hidup bersih ini diperbaiki dan dijaga kualitasnya, cuci tangan dan kalau sedang sakit di rumah," harapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement