Jumat 16 Dec 2022 14:41 WIB

Kiprah dan Tantangan RS PKU Muhammadiyah Jelang Usia Seabad

Program pelayanan RS PKU Muhammadiyah yang terintegrasi perlu diperkuat.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Kegiatan simulasi kebakaran di RS PKU Muhammadiyah Kota Solo.
Foto: Dokumen
Kegiatan simulasi kebakaran di RS PKU Muhammadiyah Kota Solo.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Rumah Sakit Pembinaan Kesejahteraan Umat (RS PKU) Muhammadiyah genap berusia 100 tahun pada 15 Februari 2023 mendatang. Di usia seabad ini, RS PKU Muhammadiyah akan memperingati miladnya dengan mengangkat tajuk 'Lintasi Zaman, Sehatkan Bangsa'.

RS PKU yang pertama didirikan adalah RS PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta. RS ini merupakan embrio yang mengawali tumbuh suburnya rumah sakit Muhammadiyah yang kini berjumlah 120, dan sekitar 400-an Klinik Muhammadiyah 'Aisyiyah di seluruh Indonesia.

Baca Juga

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti menyampaikan, berdirinya RS Muhammadiyah merupakan bagian dari pemaknaan dan pengamalan amal shaleh. Ide pendirian rumah sakit di Muhammadiyah pertama kali dikemukakan oleh Kiai Sudja' selaku ketua bagian Penolong Kesengsaraan Umum.

"Ide Kiai Sudja' itu terealisasi pada beberapa tahun kemudian," kata Mu'ti kepada Republika.co.id, Jumat (16/12/2022).

Dia menjelaskan, sekarang ini klinik dan rumah sakit merupakan amal usaha Muhammadiyah yang terbesar setelah pendidikan. Bahkan sejak 2016, Muhammadiyah mulai mengembangkan pelayanan rumah sakit terapung melalui kapal-kapal yang memberikan layanan kesehatan masyarakat di daerah kepulauan terpencil.

"Alhamdulillah, rumah sakit dan klinik Muhammadiyah dan 'Aisyiyah mendapatkan kepercayaan masyarakat sehingga eksistensinya semakin kuat dan perkembangannya sangat pesat. Ini semua karena kualitas dan pelayanan yang baik dari seluruh insan kesehatan di Muhammadiyah dan Aisyiyah," ujarnya.

Menurut Mu'ti, di masa mendatang Muhammadiyah dan 'Aisyiyah dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan untuk semua. Mayoritas rumah sakit Muhammadiyah Aisyiah (RSMA) adalah tipe C dan belum banyak yang tipe B. Meski demikian, secara akreditasi mayoritas terakreditasi baik dan paripurna.

"Pelayanan di RSMA juga masih terbatas sehingga banyak pasien harus dirujuk ke rumah sakit lain yang kualitas layanan dan fasilitas lebih baik. Misalnya untuk penyakit jantung, kanker, dan layanan lain yang sejenis," paparnya.

Mu'ti menuturkan, Muhammadiyah perlu membuka layanan kesehatan masyarakat kelas menengah ke atas tanpa meninggalkan layanan masyarakat menengah ke bawah. Layanan RSMA perlu lebih terintegrasi dengan pendidikan, khususnya pada bidang kesehatan seperti kedokteran, keperawatan, gizi, analis, dan sebagainya.

Selain itu, Mu'ti menambahkan, kerjasama pendidikan dan riset antara RSMA dengan pendidikan tinggi kesehatan sangat penting diperkuat dan diperluas. RSMA sekarang menjadi salah satu garda terdepan layanan kemanusiaan dan penanggulangan bencana.

"Ke depan, program pelayanan yang terintegrasi perlu diperkuat. Yang tidak kalah adalah bagaimana RSMA menjadi bagian dari gerakan membangun masyarakat yang sehat, baik jasmani maupun rohani," tuturnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement