Jumat 16 Dec 2022 17:13 WIB

Ini Penyebab Penyakit tak Menular Meningkat Usai Covid-19

Pandemi menyebabkan banyak orang terjebak gaya hidup tidak aktif.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Petugas kesehatan memeriksa tekanan darah dari seorang warga lanjut usia (lansia) di Posyandu Ayeum Mata, Desa Alue Raya, Samatiga, Aceh Barat, Aceh, Rabu (31/8/2022). Posyandu untuk warga lansia yang digelar setiap dua bulan sekali tersebut bertujuan untuk memantau dan mendeteksi dini faktor resiko Penyakit Tidak Menular (PTM) terhadap warga lansia sekaligus untuk meningkatkan kesehatan agar mencapai kesejahteraan fisik maupun psikis.
Foto: ANTARA/Syifa Yulinnas
Petugas kesehatan memeriksa tekanan darah dari seorang warga lanjut usia (lansia) di Posyandu Ayeum Mata, Desa Alue Raya, Samatiga, Aceh Barat, Aceh, Rabu (31/8/2022). Posyandu untuk warga lansia yang digelar setiap dua bulan sekali tersebut bertujuan untuk memantau dan mendeteksi dini faktor resiko Penyakit Tidak Menular (PTM) terhadap warga lansia sekaligus untuk meningkatkan kesehatan agar mencapai kesejahteraan fisik maupun psikis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis penyakit dalam Ari Fahrial Syam mengakui penyakit-penyakit degeneratif alias tak menular (PTM), seperti kencing manis (diabetes mellitus), jantung, hingga strok di Tanah Air meningkat setelah Covid-19 terjadi. Alasannya karena terjadi perubahan pola hidup.

"Memang dalam beberapa tahun terakhir kasus non-communicable disease alias penyakit degeneratif (PTM) memang, seperti kencing manis, jantung, stroke yang meningkat di Indonesia, tetapi ini bukan akibat vaksin Covid-19 melainkan gaya hidup masyarakat yang berubah," kata Ari saat dihubungi Republika, Jumat (16/12/2022).

Baca Juga

Saat awal-awal pandemi, dia melanjutkan, orang lebih banyak melakukan kegiatan sedentari yaitu banyak duduk di rumah, takut keluar rumah, dan banyak memesan makanan. Ia menambahkan, jika sebelumnya memang cenderung mengonsumsi lebih banyak makanan dan tak aktif, kemudian saat Covid-19 terjadi akhirnya memperburuk keadaan.

Akhirnya kegiatan seperti sekolah hingga kerja dari rumah. Di satu sisi, ia menilai banyak masyarakat yang stres dan akhirnya merokok.

Untuk mengatasi masalah ini, Ari menyebutkan vaksin Covid-19 sudah tersedia dan masyarakat bisa mendapatkan vaksin Covid-19 dosis penguat (booster), kemudian kasus Covid-19 relatif stabil dan melandai dan akhirnya orang sudah mulai berolahraga. Tak hanya itu, hari bebas kendaraan bermotor juga sudah banyak dilakukan.

"Artinya ada hal positif, orang-orang kini melakukan aktivitas fisik di luar rumah," ujarnya. Kendati demikian, ia meminta pola makan juga dijaga.

Sementara itu, bagi masyarakat yang sudah menderita penyakit katastropik ini, ia menilai mungkin awalnya mereka takut berobat ke rumah sakit karena pandemi Covid-19. Tetapi, ia mengingatkan sekarang sudah banyak kelompok sasaran yang mendapatkan vaksin Covid-19 dan booster.

"Jadi, sekarang musti kontrol dan berobat secara teratur, kalau disuruh minum obat juga diminum. Kemudian, menjaga makanan," ujarnya.

Lebih lanjut Ari juga berpesan kalau ada masyarakat yang belum mendapatkan vaksin Covid-19 booster maka lebih baik segera mendapatkan suntikan dua dosis dan booster. Kemudian, tetap menerapkan gaya hidup sehat.

"Caranya dengan menjaga makan, usahakan kurangi daging merah, banyak makan sayur dan buah dan aktivitas olahraga 150 menit per pekan atau 6 ribu langkah per hari," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement